> >

Mengenang Abdul Karim Oei, Tokoh Muhammadiyah Kawan Seperjuangan Bung Karno

Sosok | 31 Januari 2022, 08:22 WIB
Buya Hamka, Bung Karno dan Karim Oei (duduk tengah) (Sumber: istimewa)

Suasana perundingan digambarkan Oei dalam buku Haji Oei Tjeng Hien Mengabdi Agama dan Bangsa,  sangat menarik. Dalam suasana penuh tekanan, Oei maju ke depan dan bertanya pada peserta, “Apakah pemerintah kita masih ada atau tidak? Negara RI masih ada atau tidak. . .?”

“Masih ada. . .” jawab sebagian besar peserta dalam suasana riuh. “Saudara-saudara bilang, pemerintah dan negara kita masih ada. Berarti Presiden, Wakil Presiden dan Menteri-Menteri kita masih ada. Meskipun mereka itu ditangkap dan dibuang di Parapat, tapi negara kita masih tetap utuh, dan Soekarno-Hatta masih tetap sebagai pemimpin negara Republik Indonesia. Bagaimana kita dapat bekerjasama dengan Belanda. Kita tidak bisa berbuat sendiri, harus menunggu keputusan dari pemerintah kita. Yang menyetujui, yang mendukung Negara Federal, itulah yang tidak lagi mengakui adanya pemerintahan dan negara RI, ini berarti penghianatan”.

Baca Juga: Kumpulan Twibbon dan Ucapan Imlek 2022 dalam Bahasa Inggris dan Indonesia

Pada akhir rapat, suasana menjadi kacau. Pembentukan negara Bengkulu gagal total. Namun hal itu harus dibayar mahal. Oei harus mendekam dalam penjara selama delapan bulan.

Setelah Indonesia Merdeka kiprah Oei tidak surut. Dia terjun ke dunia politik sebagai anggota DPR (1956-1959) yang mewakili kaum Tionghoa, dan ketua partai Masyumi Bengkulu (1946-1960).

Pada tahun 1961 Oei menggagas pendirian Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Organisasi ini tak berafiliasi kepada partai politik manapun dan masih tetap berdiri sampai sekarang. 

Ketika Masjid Istiqlal dalam proses pendirian,  Oei ikut terlibat sebagai salah satu pimpinan (1967-1974).  Dan saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) dibentuk, Oei pun turut dalam jajaran kepengurusan.

Karim Oei meninggal dunia pada 14 Oktober 1988 di usia 83 tahun. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman umum tanah kusir, berdekatan dengan Maemunah Mukhtar, istrinya yang wafat pada tahun 1984.

Untuk  mengenang jasa dan  Haji Karim Oei, beberapa tokoh organisasi kemasyarakatan, yaitu NU, Muhammadiyah, KAHMI, Al-Washliah, ICMI, dan beberapa tokoh muslim Tionghoa mendirikan sebuah Yayasan Haji Karim Oei tahun 1991. Yayasan ini dibentuk  sebagai pusat informasi Islam khususnya bagi kalangan etnis Tionghoa.
 

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU