278 Rumah Rusak Berat Akibat Gempa M 6,6 Banten, BNPB: Total yang Terdampak 1.378
Peristiwa | 15 Januari 2022, 23:31 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendata sebanyak 1.378 unit rumah rusak akibat gempa M 6,6 yang terjadi di Kabupaten Pandeglang, Banten, Jumat (14/1/2022).
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan rumah yang terdampak mengalami rusak berat hingga ringan.
Tercatat sebanyak 278 unit rumah mengalami rusak berat, 323 unit rumah rusak sedang dan 777 unit rumah rusak ringan.
Baca Juga: Guncangan Gempa di Banten Terasa Hingga ke Jakarta, Begini Penjelasan Ahli
"Kepala BNPB meninjau langsung beberapa lokasi yang terdapat kerusakan bangunan akibat gempa," ujar Abdul dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (15/1/2022).
Abdul menambahkan terdapat kabupaten di Banten yang mengalami rumah rusak akibat gempa. Daerah yang paling terdampak gempa Banten yakni Kabupaten Pandeglang dengan 262 unit rumah rusak berat, 289 unit rumah rusak sedang dan 663 unit rumah rusak ringan.
Kemudian Kabupaten Lebak dengan 16 unit rumah rusak berat, 13 unit rumah rusak sedang dan 108 unit rumah rusak ringan. Serta Kabupaten Serang terdapat 10 unit rumah rusak sedang.
Selain Provinsi Banten, guncangan juga menyebabkan beberapa rumah di Provinsi Jawa Barat mengalami kerusakan.
Baca Juga: Terjadi Gempa Susulan di Banten Sebanyak 33 Kali, Terbesar Mencapai Magnitudo 5,7
Seperti di Kabupaten Sukabumi tercatat 3 unit rumah rusak sedang dan 6 unit rumah rusak ringan.
"Lalu terdapat 8 unit rumah rusak ringan di Kabupeten Bogor," ujarnya.
Lebih lanjut Abdul menjelaskan, dalam kunjungannya Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto juga menyerahkan bantuan logistik dan peralatan kepada pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk meringankan beban warga terdampak dan membantu percepatan penanganan darurat gempa.
Baca Juga: Penjelasan BMKG Soal Gempa Susulan Sebanyak 33 Kali yang Guncang Selat Sunda
"Beberapa dukungan tersebut meliputi tiga set tenda pengungsi, 300 selimut, 5.000 masker KF94, 500 paket perlengkapan keluarga dan permakanan," ujar Abdul.
Akibat subduksi dua lempeng
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa yang terjadi di selatan Banten, gempa tersebut merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng samudra Indo-Australia menunjang ke bawah lempeng benua Eurasia.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault," ujar Dwikorita saat jumpa pers melalui kanal YouTube BMKG, Jumat (14/1/2021).
Baca Juga: Gempa M 6,6 Bikin Kegiatan Kemendagri di Pandeglang Berantakan, 150 Orang yang Ikut Acara Bubar
Dwikorita menjelaskan dalam catatan sejarah kegempaan sejak tahun 1851 hingga 2019 telah terjadi delapan kali gempa di wilayah tersebut.
Delapan kali gempa tersebut menimbulkan tsunami kecil hingga tsunami besar dengan ketinggian 30 meter.
Namun, sambung Dwikorita, gempa di selatan Banten ini tidak berpotensi tsunami.
Kemudian hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi aktivitas gempa bumi susulan sebanyak lima kali dengan magnitudo terbesar besar berkekuatan M 5,7.
Baca Juga: Banten Sudah Diguncang Gempa Besar Sejak 1851
"Terprediksi tidak berpotensi tsunami, nampaknya terverifikasi tidak terjadi tsunami," ujar Dwikorita.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV