Jika Pertalite dan Premium Dihapus, Begini Dampak BBM Beroktan Tinggi pada Kendaraan Lawas
Update | 26 Desember 2021, 19:06 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - PT Pertamina mewacanakan untuk menghapus bahan bakar minyak (BBM) beroktan rendah pada 2022 mendatang, seperti Pertalite (90) dan Premium (88).
Jika wacana tersebut direalisasikan, pemilik kendaraaan yang berbahan bakar kedua jenis bensin tersebut harus beralih pada jenis lain yang oktannya lebih tinggi, seperti Pertamax (92) dan Pertamax Turbo (98).
Namun, apakah mesin kendaraan yang biasanya berbahan bakar jenis Premium atau Pertalite tidak akan mengalami gangguan jika diganti BBM dengan oktan lebih tinggi?
Head Product Improvement/EDER Dept Technical Service Division PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Bambang Supriadi menyebut, mesin mobil lawas berkompresi rendah akan terdampak jika dipaksa menggunakan bensin beroktan tinggi.
Baca Juga: Premium dan Pertalite Dihapus, Pengamat Ingatkan Dampak Buruk Masyarakat Bawah dan Reaksi Pertamina
Sebab, menurutnya, ada sisa bahan bakar yang tidak terbakar dengan sempura, yang kemudian mengendap dan menjadi kerak karbon di ruang pembakaran.
Dia menyebut bahwa penggunaan bahan bakar yang bagus adalah yang sesuai dengan rasio kompresinya.
“Misalnya kendaraan dengan rasio kompresi 1:10 ke atas paling efektif memakai BBM RON di atas 90,” kata Bambang.
Meski demikian, ada hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi dampak penggunaan bensin beroktan tinggi pada mesin mobil lawas.
Caranya dengan melakukan penyesuaian kompresi.
“Untuk kendaraan lawas bisa dilakukan setel ulang timing pengapian (menyesuaikan dengan BBM) dan menjaga kebersihan ruang bahan bakar,” ucapnya.
Senada dengan Bambang, Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna mengatakan, penggunaan bensin paling bagus adalah yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrikan, tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi.
Menggunakan bensin dengan oktan yang lebih tinggi daripada yang seharusnya juga akan membuat pembakaran mesin menjadi tidak sempurna.
“Hal ini karena BBM dengan oktan tinggi proses terbakarnya juga lebih lama. Misalnya, harusnya BBM sudah terbakar maksimal 5 derajat setelah TMA tapi ini belum terbakar,” kata dia.
Baca Juga: Pemerintah akan Hapus BBM Jenis Premium dan Pertalite
Hal ini, kata dia, berkaitan dengan tingkat kompresi kendaraan. Jika BBM yang digunakan tidak sesuai, akan menimbulkan dampak pada kendaraan.
“Menggunakan bensin harus sesuai dengan kompresi atau yang direkomendasikan pabrik. Jangan lebih rendah atau pun lebih tinggi karena akan ada efeknya untuk mesin,” ucap Suparna kepada Kompas.com belum lama ini.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas.com