> >

6 Cara Menjadi Pendengar yang Baik, Salah Satunya Hindari Adu Nasib

Kesehatan | 20 Desember 2021, 19:26 WIB
Ilustrasi. 6 Cara menjadi pendengar yang baik (Sumber: parapuan.co)

SOLO, KOMPAS.TV - Pernah merasa tidak percaya diri, sebab merasa gagal dan belum mampu menjadi pendengar yang baik?

Jangan khawatir, kegiatan mendengarkan memang keterampilan sosial dasar seorang manusia. Namun ternyata untuk bisa menjadi pendengar yang baik memang perlu latihan. Tentu bisa lebih dari satu kali.

Melansir laman Psychology Today, ketika Anda berhasil mendengarkan dengan baik, hal tersebut dapat mendorong orang lain lebih mungkin untuk terlibat dalam pengungkapan diri dan menciptakan rasa "chemistry interpersonal" yang lebih tinggi.

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menjadi pendengar antara lain mengakui, tidak membandingkan diri, dan tidak terburu-buru menghakimi.

Jika Anda tertarik untuk berlatih, berikut ini 6 cara menjadi pendengar yang baik:

1. Bicaralah ketika teman selesai bercerita

Pastikan Anda benar-benar mendengarkan dan tidak melakukan hal lain. Cobalah untuk fokus kepada orang yang berbicara dan tidak terganggu hal lain.

Tetap diam dan melakukan kontak mata sehingga lawan bicara mengetahui bahwa Anda sedang mendengarkan. 

Meski membosankan, ini sangat berarti pada lawan bicara Anda jika Anda mendengarkan apa yang ia bicarakan.

Baca Juga: 9 Langkah Efektif Pulih dari Trauma Masa Kecil Saat Dewasa

Singkirkan dahulu keinginan Anda untuk berbicara dan tunggu dengan sabar agar lawan bicara Anda membeberkan pikirannya dengan selesai.

2. Hindari Adu Nasib

Tiap orang memang sering mengalami hal yang sama. Namun, jika Anda berpikir untuk membandingkan dengan pengalaman sendiri atau adu nasib, ini tidaklah benar.

Anda mungkin berpikir itu adalah cara terbaik untuk menolong dan mengerti situasi, tetapi cara berpikir seperti ini sebenarnya dapat membuat lawan bicara Anda merasa tidak didengarkan.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menghindari berkata “Saya” atau “Aku” terlalu banyak. Ini merupakan tanda bahwa Anda lebih fokus kepada diri sendiri daripada situasi lawan bicara.

Tentu, jika lawan bicara Anda mengetahui Anda mempunyai pengalaman yang mirip, maka ia akan menanyakan pendapat Anda.

3. Jangan berpikir untuk langsung memberi solusi

Beberapa orang berpikir, jika mereka mendengarkan harus langsung mempunyai solusi yang mudah dan cepat.

Daripada Anda melakukan ini, Anda harus mendengarkan dengan serius terlebih dahulu. Lalu, barulah boleh berpikir “solusi” saat orang itu selesai berbicara.

Jika Anda mulai berpikir solusi yang cepat, maka Anda tidak benar-benar mendengarkan. Lebih baik, Anda fokus terhadap setiap kata yang keluar dari lawan bicara. Setelah itu Anda baru bisa mencoba untuk menolong dan memberi solusi. Ingat, itupun jika diminta.

4. Tunjukkan sikap peduli

Tunjukkan bahwa Anda peduli dengan mengangguk di waktu yang tepat sehingga mereka tahu bahwa Anda mendengarkan mereka. Salah satunya dengan rasa simpati.

Selain itu ucapkan kata “ya” ketika teman berbicara tentang sesuatu yang ingin Anda untuk setuju. Mengucapkan kata-kata ini menunjukkan Anda tidak hanya mendengar tapi juga memperhatikan. 

5. Beri pertanyaan terbuka

Agar cerita terus mengalir, Anda boleh mengajukan pertanyaan terbuka yang tidak memiliki jawaban “ya” atau “tidak”. Selain agar cerita terus mengalir, pertanyaan terbuka juga bisa membantu detail persoalan atau masalah yang sedang dihadapi oleh lawan bicara.

Baca Juga: Anak Takut Disuntik? Ini Strategi Jitu Dari Psikolog untuk Orang Tua

6. Yakinkan lawan bicara

Kesimpulan apapun dari percakapan, beritahukan kepada pembicara bahwa Anda senang mendengarkan. Pastikan dengan jelas bahwa Anda terbuka untuk diskusi selanjutnya jika dibutuhkan.

Yakinkan bahwa Anda akan menyimpan rahasia dengan baik dan menyatakan bahwa Anda selalu ada di sini dan siap membantu.

Anda juga bisa menepuk lutut atau mengelus kepala dan merangkulnya. Lakukan apa yang benar di situasi tersebut sesuai dengan kapasitas baik hanya teman, teman lawan jenis, sahabat, atau pasangan.

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Psychology Today


TERBARU