6 Cara Menjadi Pendengar yang Baik, Salah Satunya Hindari Adu Nasib
Kesehatan | 20 Desember 2021, 19:26 WIBSalah satu cara yang bisa dilakukan adalah menghindari berkata “Saya” atau “Aku” terlalu banyak. Ini merupakan tanda bahwa Anda lebih fokus kepada diri sendiri daripada situasi lawan bicara.
Tentu, jika lawan bicara Anda mengetahui Anda mempunyai pengalaman yang mirip, maka ia akan menanyakan pendapat Anda.
3. Jangan berpikir untuk langsung memberi solusi
Beberapa orang berpikir, jika mereka mendengarkan harus langsung mempunyai solusi yang mudah dan cepat.
Daripada Anda melakukan ini, Anda harus mendengarkan dengan serius terlebih dahulu. Lalu, barulah boleh berpikir “solusi” saat orang itu selesai berbicara.
Jika Anda mulai berpikir solusi yang cepat, maka Anda tidak benar-benar mendengarkan. Lebih baik, Anda fokus terhadap setiap kata yang keluar dari lawan bicara. Setelah itu Anda baru bisa mencoba untuk menolong dan memberi solusi. Ingat, itupun jika diminta.
4. Tunjukkan sikap peduli
Tunjukkan bahwa Anda peduli dengan mengangguk di waktu yang tepat sehingga mereka tahu bahwa Anda mendengarkan mereka. Salah satunya dengan rasa simpati.
Selain itu ucapkan kata “ya” ketika teman berbicara tentang sesuatu yang ingin Anda untuk setuju. Mengucapkan kata-kata ini menunjukkan Anda tidak hanya mendengar tapi juga memperhatikan.
5. Beri pertanyaan terbuka
Agar cerita terus mengalir, Anda boleh mengajukan pertanyaan terbuka yang tidak memiliki jawaban “ya” atau “tidak”. Selain agar cerita terus mengalir, pertanyaan terbuka juga bisa membantu detail persoalan atau masalah yang sedang dihadapi oleh lawan bicara.
Baca Juga: Anak Takut Disuntik? Ini Strategi Jitu Dari Psikolog untuk Orang Tua
6. Yakinkan lawan bicara
Kesimpulan apapun dari percakapan, beritahukan kepada pembicara bahwa Anda senang mendengarkan. Pastikan dengan jelas bahwa Anda terbuka untuk diskusi selanjutnya jika dibutuhkan.
Yakinkan bahwa Anda akan menyimpan rahasia dengan baik dan menyatakan bahwa Anda selalu ada di sini dan siap membantu.
Penulis : Nurul Fitriana Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Psychology Today