Begini Penjelasan BMKG soal Peringatan Dini Tsunami Harus Update, Kadang Tidak Akurat
Update | 14 Desember 2021, 14:30 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Klimatologi (BMKG) selalu mengeluarkan peringatan dini tsunami jika ada gempa bumi yang berpotensi tsunami, namun peringatan dini tersebut sering kali diperbarui atau diupdate.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengakui, peringatan dini tsunami yang diterbitkan awal sering kali tidak akurat.
Sebab, pihaknya harus menerbitkan peringatan dini tersebut maksimal tiga hingga empat menit setelah gempa bumi terjadi.
“Di dalam memberikan peringatan dini, itu memang perlu dilakukan update data. Karena harus dipaksa mengeluarkan peringatan dini dalam menit ketiga,” jelasnya dalam konferensi pers, Selasa (14/12/2021).
Baca Juga: BMKG: Gempa M 7,4 di Laut Flores Disebabkan Aktivitas Sesar atau Patahan Aktif
Padahal, lanjutnya, pada menit ketiga tersebut data atau sinyal-sinyal gempa hingga perhitungan ketinggian tsunami masih berdasarkan data yang sangat terbatas.
“Menit ketiga itu data yang dikirimkan oleh sensor-sensor gempa jumlahnya masih sangat terbatas,” tegasnya.
Setelah menit ketiga puluh, barulah data yang masuk dan dianalisis sudah optimal. Sehingga perlu dilakukan update.
“Jadi, kenapa harus ada update? Karena dalam sistem informasi gempa bumi dan peringatan tsunami ang diprioritaskan adalah kecepatan, bukan akurasi.”
“Kalau pada menit ketiga itu lebih cepat sudah tahu ada tsunami, meskipun belum akurat, terbukti tidak akurat, dari 6 meter menjadi lebih dari 10 meter, 7,9 menjadi 9 lebih, tidak akurat,” tuturnya.
Tetapi, dengan peringatan dini yang lebih cepat, dalam menit ketiga masyarakat sudah bisa melakukan evakuasi mandiri ataupun dievakuasi.
“Kalau menunggu akurat, yaitu di menit ketiga puluh, tsunami sudah selesai, sudah habis, semua sudah terbenam, tenggelam.”
“Itulah kenapa perlu update, untuk mengejar kecepatan. Untuk akurasi diikuti dengan update. Tapi yang cepat dulu,” lanjutnya.
Diketahui, hari ini BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami akibat gempa bumi dengan kekuatan M7,5 yang terjadi di 112 kilometer barat laut Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Peringatan dini tsunami tersebut untuk wilayah Maluku, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Gempa bumi tersebut terjadi pada Selasa 14 Desember 2021 pukul 10:20:22 WIB, pada pusat gempa di 7.59 LS, 122,26BT di kedalaman 12 kilometer.
Gempa bumi tersebut dirasakan tersebut dirasakan di Ruteng, Labuan Bajo, Larantuka, Maumere, Adonara dan Lembata, dengan intensitas skala III hingga IV MMI.
Baca Juga: Gempa di NTT Tak Berkaitan dengan Gunung Berapi, tapi Bisa Picu Peningkatan Aktivitas
“Atau dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah di siang hari. Juga dirasakan di Tambolaka, Waikaboak, Waingapu, dengan kekuatan guncangan intensias III skala MMI, yaitu getaran dirasakan nyata di dalam rumah, terasa seakan-akan seperti getaran truk yang berlalu.”
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV