> >

Menteri Agama: Kemenag Adalah Hadiah Negara untuk NU, Wajar Jika Manfaatkan Banyak Peluang

Agama | 24 Oktober 2021, 23:58 WIB
Menag sebut wajar jika sekarang NU (Nadhlatul Ulama) memanfaatkan banyak peluang yang ada di Kementerian Agama, karena Kementerian Agama adalah hadiah untuk NU. (Sumber: Tangkapan layar Youtube TVNU)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Wajar jika sekarang Nadhlatul Ulama (NU) memanfaatkan banyak peluang yang ada di Kementerian Agama, karena Kementerian Agama adalah hadiah untuk NU.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, dalam webinar internasional Peringatan Hari Santri 2021 RMI-PBNU, yang ditayangkan di kanal YouTube TVNU, Rabu (20/10/2021) silam.

“Jadi wajar kalau sekarang NU memanfaatkan banyak peluang yang ada di Kementerian Agama karena hadiah untuk NU,” ucapnya.

Sebelum mengatakan hal itu, Yaqut menceritakan tentang adanya perdebatan di Kementerian Agama, mengenai usulannya untuk mengganti tagline Kementerian Agama.

Saat itu mengaku akan mengubah tagline Kementerian Agama itu, Ikhlas Beramal. Sebab menurutnya tagline tersebut kurang tepat.

“Saya bilang enggak ada ikhlas kok ditulis itu, namanya ikhlas itu dalam hati. Ikhlas kok ditulis. Ini menunjukkan enggak ikhlas, saya bilang.”

Kemudian perdebatan tersebut berkembang pada sejarah asal usul Kementerian Agama.

Baca Juga: Hari Santri Nasional, Menag Sebut Pesantren Dapat Kado Indah dari Jokowi tentang Dana Abadi

Kata Yaqut, ada seorang ustaz yang mengatakan bahwa Kementerian Agama merupakan hadiah dari negara untuk umat Islam.

“Karena waktu itu perdebatannya bergeser bahwa kementerian ini harus menjadi kementerian semua agama, melindungi semua umat beragama. Ada yang tidak setuju, kementerian ini harus kementerian agama Islam karena Kementerian Agama itu adalah hadiah negara untuk umat Islam,” urainya.

Namun, pernyataan ustaz tersebut dibantah oleh Yaqut, dengan mengatakan bahwa Kementerian Agama adalah hadiah dari negara untuk NU, bukan untuk umat Islam secara umum.

“Tapi spesifik untuk NU. Kementerian Agama itu muncul karena pencoretan tujuh kata dalam Piagam Jakarta.”

Juru damai yang mengusulkan pencoretan tujuh kata tersebut, lanjut Yaqut, adalah Wahab Hasbullah yang merupakan seorang NU.

“Kemudian lahir Kementerian Agama karena itu. Nah, wajar sekarang kalau kita minta Dirjen Pesantren kemudian kita banyak mengafirmasi pesantren dan santri juga jam’iyah Nadhlatul Ulama saya kira wajar-wajar saja, tidak ada yang salah.”

Yaqut menambahkan, NU merupakan organisasi besar dengan jumlah umat dan jemaah yang banyak, dan secara fisik badannya juga besar.

“Orang yang besar itu selalu cenderung melindungi yang lemah, melindungi yang kecil. Dan itu sifat NU. NU itu di mana-mana ingin melindungi yang kecil,” tuturnya.

Baca Juga: Kemenag Upayakan Biaya Umrah Turun, Karantina Jemaah Direncanakan di Asrama Haji

Sehingga, lanjutnya, jika sekarang Kementerian Agama menjadi kementerian semua agama, itu bukan menghilangkan ke-NU-annya, tapi justru menegaskan ke-NU-annya.

“NU itu terkenal paling toleran, NU itu terkenal paling moderat.”

Pada awal penjelasannya dalam webinar tersebut, Yaqut juga membeberkan rencananya untuk menggilir kiai-kiai muda dari NU untuk membawakan ceramah di Kementerian Agama.

“Insyaallah ke depannya di banyak momentum di Kementerian Agama kita akan hadirkan kiai-kiai muda kita, kiai-kiai NU untuk lebih mewarnai Kementerian Agama, yang selama ini jarang. Kita akan gilir satu per satu,” ucapnya.

 

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU