> >

Teluk Jakarta Terkontaminasi Paracetamol, Peneliti Bantah Ada Kaitannya dengan Budidaya Perikanan

Peristiwa | 4 Oktober 2021, 15:08 WIB
Kondisi Teluk Jakarta usai dibersihkan di Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (24/3/2018). Sampah plastik yang sebelumnya menumpuk, kini sudah dibersihkan dan menyisakan lumpur tebal. (Sumber: Kompas.com/Maulana Mahardika)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Peneliti Oseanografi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Zainal Arifin membantah kontaminan paracetamol yang ditemukan di teluk Muara Angke dan Ancol ada hubungannya dengan budidaya perikanan. 

"Tidak ada. Paracetamol tidak digunakan dalam kegiatan budidaya," kata Zainal dalam acara webinar, Senin (4/10/2021). 

Hal ini juga ditegaskan oleh penelitian oseanografi BRIN, Wulan Koagouw, yang juga terlibat dalam penelitian yang menunjukkan adanya kontaminasi paracetamol pada teluk di Jakarta. 

Wulan menjelaskan, dampak dari kegiatan budidaya perikanan terhadap laut dan pesisir tidak ada kaitannya dengan riset yang ia lakukan. 

"Perlu saya klarifikasi, dalam riset ini tidak pernah disebutkan paracetamol bisa muncul karena perikanan budidaya," kata Wulan pada acara yang sama, Senin. 

Baca Juga: DLH Uji Sampel Air Teluk Jakarta yang Disebut Mengandung Paracetamol, Kapan Hasilnya Keluar?

Sebaliknya, kata Wulan, adanya kontaminan paracetamol di teluk justru berdampak pada budidaya perikanan dan organisme laut, bukan sebaliknya. 

"Adanya paracetamol di situ organisme laut dapat terdampak karenanya, bukan kebalikannya," tegas Wulan. 

Zainal menambahkan, jika konteksnya paracetamol dihubungkan dengan budidaya perikanan maka tidak ada kaitannya. 

Namun, selain paracetamol, ada obat-obatan lain seperti bahan-bahan antibiotik yang sering dipakai, salah satunya dalam budidaya. 

"Tidak hanya paracetamol, ada bahan-bahan antibiotik. Nah, itu jenis-jenis yang sering dipakai. Konteksnya kalau paracetamol dengan budidaya perikanan tidak ada kaitannya," kata Zainal. 

Baca Juga: Peneliti BRIN: Kandungan Paracetamol di Teluk Jakarta Berpotensi Merusak Sistem Reproduksi Kerang

Sebelumnya, kontaminan paracetamol di teluk Jakarta diketahui berdasarkan hasil penelitian dari Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Penelitian tersebut menemukan kandungan tinggi paracetamol sebesar 610 nanogram per liter di Angke dan di Ancol mencapai 420 nanogram per liter.

Dalam penelitian itu disebutkan secara teori sumber sisa paracetamol yang ada di perairan Teluk Jakarta dapat berasal dari konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit dan industri farmasi.

Tingginya angka penduduk di Jakarta dan bebasnya peredaran obat yang dijual tanpa resep dokter dapat berpotensi menjadi sumber kontaminan.

 

Penulis : Hasya Nindita Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU