Bukan Cuma China di Laut Natuna Utara, Pengamat Sebut AS dan Sekutu akan Kerahkan Kapal-Kapal Perang
Berita utama | 18 September 2021, 21:23 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat militer memperingatkan pemerintah untuk tidak hanya fokus dengan kekuatan China di Laut Natuna Utara. Amerika Serikat dan sekutunya disebut akan mengerahkan banyak kapal perang ke kawasan ini.
“Kawasan (Laut China Selatan) itu bukan cuma China yang hadir. Tapi, tiba-tiba ada negara-negara NATO,” ujar Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie kepada KompasTV pada Sabtu (18/9/2021) malam.
Ia membeberkan, Amerika Serikat dan sekutunya berencana memperkuat pengaruh di kawasan perairan ASEAN untuk menandingi China.
“Yang paling menarik terakhir ada pakta pertahanan baru dari Australia, Amerika, dan Inggris,” kata Connie.
Menurut Connie, aliansi tiga negara itu akan makin memperkuat kekuatan militer dan teknologi mereka.
Baca Juga: TNI Diminta Latihan Perang di Laut Natuna untuk Tegaskan Wilayah Indonesia
“Aliansi Amerika, Australia, dan Inggris ini tidak main-main karena akan mendorong semua langkah-langkah agresif. Dan bekerjasamanya ini dari teknologi, militer, segala hal karena mereka akan menekankan ke arah regional,” jelas Connie.
Selain itu, AS dan Australia juga telah menjalin kerja sama dengan Jepang serta India.
“Ini enggak main-main. Ini akan membuat kelompok The Quadrilateral Security Dialogue (aliansi empat negara, temasuk AS) semakin kuat dengan adanya India dan Jepang di situ,” urai Connie.
“Kita betul-betul harus hati-hati karena yang akan dilihat lebih banyak lagi kapal-kapal perang, pasti itu,” tegasnya.
Bahkan, Connie menyebut AS dan sekutu berambisi ingin dapat melintas bebas di tengah wilayah perairan Indonesia.
“Kita mesti tahu, ketika Amerika dan negara sekutunya bersatu, maka dia akan menuntut freedom of navigation dari timur ke barat. Itu artinya, bisa saja mereka mau melintas masuk Laut Jawa,” ungkap Connie.
Dengan banyak kepentingan di perairan ASEAN, Connie menilai Indonesia sulit mengimbangi AS dan sekutunya juga China.
“Ini menurut saya tidak berimbang. Ini kawasan kita. Bagaimana peran ASEAN agar kawasan ini tetap milik kita,” kata Connie.
“Karena kalau sekarang nelayan kaget dengan kapal China, jangan salah. Sebentar lagi makin banyak kapal di situ. Kapalnya Italia, kapalnya Prancis, kapalnya Belanda, kapalnya Inggris dan lain-lain,” imbuhnya.
Baca Juga: Heboh! Nelayan Natuna Diintimidasi Oleh Kapal Coast Guard Vietnam Saat Memancing di Perairan Natuna
Sebab itu, ia mempertanyakan komitmen negara untuk memperkuat TNI AL dalam melindungi ancaman dari luar.
“Bagaimana persiapan negara? Bagaimana TNI Angkatan Laut dipersiapkan dengan dukungan kekuatan udara untuk melindungi kedaulatan kita, kehormatan kita sebagai negara berdaulat,” ujar Connie.
Pangkoarmada I Laksamana Muda TNI Arsyad Abdullah mengakui soal keberadaan Amerika Serikat itu. Terakhir, ia menerima laporan soal keberadaan kapal perang induk AS sekitar 1 minggu lalu.
“Ada kapal induk Amerika, yaitu USS Carl Vinson dan dua frigate yang melintas dari timur laut menuju ke barat daya,” tutur Laksda TNI Arsyad Abdullah pada KompasTV.
“Setelah diikuti ke perairan Anambas, kapal-kapal Amerika itu menuju ke Singapura karena wajar memiliki pangkalan di sana,” imbuhnya.
Arsyad juga mengakui soal keterbatasan kemampuan TNI AL dalam menjaga wilayah Indonesia di Laut Natuna Utara karena masalah minimnya anggaran.
“Sampai dengan saat ini mungkin karena anggaran yang terbatas, sehingga kita hanya mampu diberikan dukungan 5 KRI dan 1 pesut,” kata Arsyad.
Menurutnya, bila mempertimbangkan kemampuan radar kapal perang, TNI AL membutuhkan setidaknya 8 KRI untuk menjaga Laut Natuna Utara.
“Melihat cakupan yang dimiliki oleh radar, itu setidaknya satu kali melaut harus 8 KRI. Jadi sangat minim,” beber Arsyad.
Baca Juga: Soal Nelayan Sampai Diusir Kapal Vietnam di Laut Natuna, Begini Respon Panglima Koarmada I
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV