Bukan Cuma China di Laut Natuna Utara, Pengamat Sebut AS dan Sekutu akan Kerahkan Kapal-Kapal Perang
Berita utama | 18 September 2021, 21:23 WIBDengan banyak kepentingan di perairan ASEAN, Connie menilai Indonesia sulit mengimbangi AS dan sekutunya juga China.
“Ini menurut saya tidak berimbang. Ini kawasan kita. Bagaimana peran ASEAN agar kawasan ini tetap milik kita,” kata Connie.
“Karena kalau sekarang nelayan kaget dengan kapal China, jangan salah. Sebentar lagi makin banyak kapal di situ. Kapalnya Italia, kapalnya Prancis, kapalnya Belanda, kapalnya Inggris dan lain-lain,” imbuhnya.
Baca Juga: Heboh! Nelayan Natuna Diintimidasi Oleh Kapal Coast Guard Vietnam Saat Memancing di Perairan Natuna
Sebab itu, ia mempertanyakan komitmen negara untuk memperkuat TNI AL dalam melindungi ancaman dari luar.
“Bagaimana persiapan negara? Bagaimana TNI Angkatan Laut dipersiapkan dengan dukungan kekuatan udara untuk melindungi kedaulatan kita, kehormatan kita sebagai negara berdaulat,” ujar Connie.
Pangkoarmada I Laksamana Muda TNI Arsyad Abdullah mengakui soal keberadaan Amerika Serikat itu. Terakhir, ia menerima laporan soal keberadaan kapal perang induk AS sekitar 1 minggu lalu.
“Ada kapal induk Amerika, yaitu USS Carl Vinson dan dua frigate yang melintas dari timur laut menuju ke barat daya,” tutur Laksda TNI Arsyad Abdullah pada KompasTV.
“Setelah diikuti ke perairan Anambas, kapal-kapal Amerika itu menuju ke Singapura karena wajar memiliki pangkalan di sana,” imbuhnya.
Arsyad juga mengakui soal keterbatasan kemampuan TNI AL dalam menjaga wilayah Indonesia di Laut Natuna Utara karena masalah minimnya anggaran.
“Sampai dengan saat ini mungkin karena anggaran yang terbatas, sehingga kita hanya mampu diberikan dukungan 5 KRI dan 1 pesut,” kata Arsyad.
Menurutnya, bila mempertimbangkan kemampuan radar kapal perang, TNI AL membutuhkan setidaknya 8 KRI untuk menjaga Laut Natuna Utara.
“Melihat cakupan yang dimiliki oleh radar, itu setidaknya satu kali melaut harus 8 KRI. Jadi sangat minim,” beber Arsyad.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV