> >

Mahfud MD: Gus Dur Bukti Indonesia Tak Bisa Dimasuki Ekstrem Hijau atau Merah

Peristiwa | 23 Agustus 2021, 07:50 WIB
Mahfud MD dalam Peringatan Hau Gus Dur ke-12 yang Diselenggarankan oleh Partai PKB dan NU, Minggu (22/8/2021) (Sumber: Tangkapan Layar, NU Channel)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD menyebut terpilihnya Abdurrahman Wahid alias Gus Dur jadi Presiden ke-4 RI sebagai bukti Indonesia bukan negera ektremisme, baik ekstrem merah maupun hijau.

Hal tersebut disampaikan Mahfud MD dalam gelaran Haul Gus Dur ke-12 oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), Minggu (22/8/2021) malam. 

Ekstem merah dan hijau itu sebeagai ilustrasi Mahfud terkait pemilihan presiden pada 1999 diperebutkan oleh massa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mendukung Megawati Soekarnoputri dan kelompok partai Islam yang mendukung BJ Habibie.

Namun saat itu, lanjut Mahfud, Gus Dur justru terpilih karena dianggap sosok yang paling aman. "Gus Dur akhirnya yang dipilih. Nah di sini terlihat, orang itu tidak suka dengan yang terlalu ekstrem merah, terlalu ekstrem hijau," ujar Mahfud, Minggu.

Baca Juga: Haul Gus Dur ke-11 Digelar Online di Jakarta, Yogyakarta, dan Jombang 

Kata Mahfud, sebelum Gus Dur terpilih, Indonesia saat itu sedang mengkhawatirkan. Sebab, saling ancam dilakukan dua kelompok yang ingin sosok yang didukungnya menjadi presiden. Megawati yang didukung PDIP dan Habibie yang didukung oleh kelompok Islam. 

Saat itu, massa PDIP mengeklaim akan memerahkan Jakarta dengan 1,5 juta orang jika Megawati tak terpilih menjadi presiden. Sementara, pendiri Partai Bulan Bintang (PBB) Abdul Qadir Jaelani yang merespons hal tersebut juga mengancam akan menghijaukan Jakarta dengan massa berjumlah tiga juta. 

"Waktu itu menjadi kekhawatiran, mau Mbak Mega atau Habibie, ini bangsa ini akan mengalami luka yang parah. Di situlah, Gus Dur muncul, 'kalau begitu jalan tengahnya ke Gus Dur'," ujar Mahfud.

Pilihan Gus Dur tersebut pun dinilai Mahfud sebagai pilahan tepat dan paling aman. Gus Dur berusaha merangkul pihak-pihak yang sebelumnya bertentangan.

Sikap merangkul itu, kata Mahfud terlihat dengan menunjuk Megawati wakil presiden. Sedangkan Habibie bersikap kesatria saat pertanggungjawabannya sebagai presiden ditolak oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). 

Kata Mahfud, Gus Dur saat itu menilai merah atau hijau boleh menjadi simbol perjuangan kelompok-kelompok tertentu. Dan jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai persatuan dalam berbangsa dan bernegara. 

"Di situ orang mengatakan, Gus Dur tuh cerdik. Sebagai konseptor dia ulung, tapi dalam taktisnya dia cerdik," ujar Mahfud.

Dalam hal hubungan negera dan agama, tambah Mahfud, Gus Dur menganggap bukan hukum negaranya yang Islam, tapi masyarakatnya Islami. "Budayanya Islami," tambah dia.

Baca Juga: Sejumlah Tokoh Hadiri Haul Gus Dur 

Nilai-nilai Gus Dur itu, lanjut Mahfud, masih hidup dalam kehidupan sehari-hari Indonesia. Gus Dur akan selalu menemani pikiran dan menemani Indonesia ke masa-masa berikutnya. 

"Terus menemani kita, membimbing kita, itu artinya sudah meninggal tapi hidup idenya. Seperti Nabi Muhammad itu sudah mati, tetapi selalu menemani siang dan malam," terang Mahfud. 

Meski perjalanan Gus Dur hanya sebagai sejarah, tapi Mahfud menilai itu sebagai pelajaran buat bangsa Indonesia, "jadi pelaranlah buat kita semua," pungkasnya. 

Baca Juga: Haul Gus Dur ke-10 Juga Ingatkan Mengenai Agama Harus Bersanding dengan Kemanusiaan

Penulis : Hedi Basri Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU