Selamat Ulang Tahun, Pramoedya Ananta Toer, Sastrawan Indonesia yang Lahir 6 Februari 1925
Budaya | 6 Februari 2021, 16:37 WIBPram kemudian bergabung dengan Lembaga Kesenian Jakarta (Lekra) yang kerap dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1958. Bersama Lekra, Pram mendorong ajaran seni realisme sosialis. Varian realisme inilah yang banyak tercermin dalam karya-karyanya.
Pada 1965 setelah peristiwa G30S, Pram ditangkap pemerintah Orde Baru karena dianggap sebagai anggota PKI.
Ia mengalami penyiksaan selama penahanan. Pram sempat merasakan penjara di Tangerang, Salemba, Cilacap, hingga pengasingan di Pulau Buru. TNI AD juga membakar karya-karya Pram.
Selama pengasingan di Pulau Buru, Pram tak kenal lelah menulis dan melawan. Di pengasingan ini ia bahkan menciptakan mahakarya Tetralogi Buru.
Namun, pemerintahan Soeharto melarang peredaran buku-bukunya di dalam negeri. Karya-karya Pram berhasil diselundupkan ke luar negeri dan diterjemahkan. Hal ini membuat nama Pram terkenal di mata internasional.
Baca Juga: Peran Sapardi Djoko Damono dalam Sastra Indonesia
Bersamaan dengan kejatuhan Soeharto pada 1998, Pram bebas dari pengasingan.
Hingga akhir hidupnya pada 2006, Pramoedya Ananta Toer selalu percaya aktivitas menulis adalah perlawanan. Baginya, menulis tak sama dengan menghibur. Seorang penulis adalah avant garde, kelompok pelopor.
“Seorang avant garde selamanya berada dalam keadaan berontak terhadap segala sesuatu yang mengurangi harga manusia, yang menindas, yang tidak adil,” kata Pram. “Kalau takut, jangan jadi pengarang.”
Penulis : Ahmad-Zuhad
Sumber : Kompas TV