Kisah Gadis 14 Tahun Temukan Terapi Penyembuhan Corona, Raup Uang Ratusan Juta
Update corona | 22 Oktober 2020, 20:47 WIBKOMPAS.TV - Anika Chebrolu berhasil menemukan terapi potensial untuk pasien yang terinfeksi virus corona (Covid-19). Atas prestasinya itu, gadis berusia 14 tahun itu memenangkan uang ratusan juta.
Anika didapuk sebagai pemenang 3M Young Scientist Challenge tahun 2020 yang berhadiah memboyong 25.000 dollar AS atau sekitar Rp 366 juta.
Gadis asal Frisco, Texas, itu menggunakan metodologi in-silico untuk menemukan molekul yang secara selektif dapat mengikat protein spike virus SARS-CoV-2 dalam upaya menemukan obat untuk pandemi Covid-19.
Baca Juga: Bill Gates Beri Rp 671 Miliar ke Bio Farma untuk Perbanyak Vaksin Polio
"Dua hari terakhir, saya melihat banyak media hype tentang proyek saya karena melibatkan virus SARS-CoV-2 dan itu mencerminkan harapan kolektif kami untuk mengakhiri pandemi ini karena saya, seperti orang lain, berharap kami pergi segera kembali ke kehidupan normal kami," kata Anika dikutip dari Kompas.com.
Anika yang merupakan keturunan India-Amerika sebenarnya tidak menggunakan metode in-silico untuk menemukan terapi potensial untuk Covid-19.
Kala itu, metode itu hanya digunakan untuk mengidentifikasi senyawa timbal yang dapat mengikat protein virus corona biasa.
"Setelah menghabiskan begitu banyak waktu untuk meneliti tentang pandemi, virus, dan penemuan obat-obatan, sungguh gila untuk berpikir bahwa saya benar-benar mengalami hal seperti ini," ujar Anika seperti dilansir CNN, Senin, 19 Oktober 2020.
"Karena pandemi Covid-19 sangat parah dan dampaknya yang drastis terhadap dunia dalam waktu yang begitu singkat, saya, dengan bantuan mentor saya, mengubah arah untuk menargetkan virus SARS-CoV-2," tambahnya.
Baca Juga: Ilmuwan Bicara Vaksin Corona: Virus Bisa Lebih Ganas
Terinspirasi Pandemi Flu
Anika mengaku terinspirasi untuk menemukan obat potensial untuk virus corona setelah belajar tentang pandemi flu pada 1918 silam.
Selain itu, dia juga mencari tahu berapa banyak orang meninggal setiap tahun di Amerika Serikat meskipun vaksinasi tahunan dan obat anti-influenza tersedia di pasar.
"Anika memiliki pikiran yang ingin tahu dan menggunakan keingintahuannya untuk mengajukan pertanyaan tentang vaksin untuk Covid-19," kata Cindy Moss, juri untuk 3M Young Scientist Challenge.
"Pekerjaannya komprehensif dan memeriksa banyak database. Dia juga mengembangkan pemahaman tentang proses inovasi dan merupakan komunikator yang ahli," dia menambahkan.
Anika mengatakan memenangkan hadiah dan gelar ilmuwan muda papan atas adalah suatu kehormatan, tetapi pekerjaannya belum selesai.
Tujuan berikutnya, kata dia, adalah bekerja bersama para ilmuwan dan peneliti yang berjuang untuk mengendalikan morbiditas dan mortalitas pandemi dengan mengembangkan temuannya menjadi obat yang sebenarnya untuk virus tersebut.
Dilansir dari laman resmi Young Scientist Lab via Kompas.com, Anika mengaku selalu kagum dengan eksperimen sains sejak kanak-kanak.
Baca Juga: IDI Surati Menkes Terawan, Minta Tak Tergesa-gesa Suntik Vaksin Corona ke Masyarakat
Penemuan favoritnya adalah internet karena memungkinkan manusia menjelajahi begitu banyak hal hanya dengan beberapa klik.
"Saya menganggapnya sebagai harta karun informasi dan telah menjadi aset berharga dalam mengejar pengetahuan dan melakukan penelitian dari mana saja dan kapan saja," kata Anika.
"Saya kagum dengan betapa luas dan dalamnya hal itu dan tidak dapat membayangkan dunia tanpa internet. Ketika digabungkan dengan penilaian dan penggunaan yang tepat, kami dapat mencapai lebih banyak lagi dan saya sangat antusias dengan potensinya setiap kali saya menggunakannya," tambahnya.
Masih dari laman Young Scientist Lab, Anika mengaku dalam 15 tahun mendatang, Anika berharap menjadi seorang peneliti medis dan profesor.
Dia juga membagikan sebuah quote sebagai berikut: "Jangan pernah berhenti bertanya," kata Anika Chebrolu.
Baca Juga: Gara-Gara Virus Corona Pria Ini Jadi Tak Dipercaya dan Dianggap Lelucon, Kenapa?
Penulis : fadhilah
Sumber : Kompas TV