Hati-hati, 4 Makanan Ini Tidak Boleh Dicampur saat Makan Mi Instan
Kuliner | 12 Oktober 2024, 01:00 WIBTernyata makanan favorit kita ini bisa membawa dampak buruk untuk tubuh karena adanya zat avidin. Zat avidin yang terkandung dalam telur setengah matang sebenarnya bermanfaat untuk melindungi nilai gizi telur.
Namun, jika dikonsumsi berlebih harus dicermati karena berisiko adanya bakteri salmonella
Telur setengah matang dikhawatirkan mengandung bakteri salmonella yang berbahaya bagi kesehatan.
Mengutip Kompas.com, bakteri ini dapat mempengaruhi saluran usus dan menyebabkan masalah serius seperti dehidrasi berat.
Adanya kandungan ovomucoid dan melamin
Kandungan ovomucoid dalam telur setengah matang bisa memicu reaksi gatal-gatal hingga gangguan pernapasan.
Sedangkan kandungan melamin pada telur setengah matang dapat membahayakan organ ginjal apabila masuk ke dalam tubuh.
Untuk menyiasati ini, Anda bisa memasak telur hingga matang dan tidak terlalu sering mengonsumsi mie instan.
Dokter spesialis gizi klinik di RS Hermina Ciputat, dr Dian Permatasari mengatakan, aturan untuk mengonsumsi mi instan setidaknya 1 sampai 2 kali dalam seminggu bagi mereka yang sehat.
Ia mengatakan, saat konsumsi mi instan baiknya memperhatikan kandungan garam atau sodium pada kemasan. Sebab, satu bungkus mi instan mengandung garam atau sodium yang tinggi.
"Mi instan setiap kemasannya mengandung 300-400 kalori, hampir sama dengan makan nasi beserta lauk dan sayurnya. Seharusnya bisa menjadi pengganti makan besar, namun hati-hati dengan kandungan garam/sodium yang terlalu tinggi di setiap kemasannya," ujar Dian.
3. Kerupuk
Jika dilihat dari bahan dasarnya, kerupuk seperti makanan olahan dengan kandungan lemak yang tidak terlalu banyak. Kendati demikian, proses pengolahan yang tidak sehat membuat lemak dan kalori kerupuk melambung tinggi.
Ahli gizi Tan Shot Yen menjelaskan, kalori makanan ringan seperti kerupuk dan keripik tidak dapat dipandang sebelah mata.
Sebab, di balik renyahnya tiga buah kerupuk kaleng atau kerupuk mi berukuran sedang, dapat mengandung lebih dari 400 kalori.
Padahal, kebutuhan kalori orang dewasa dengan kondisi kesehatan normal di Indonesia rata-rata 2.000 kalori per hari.
"Kerupuk itu buat stimulasi oral. Orang jadi doyan makan kerupuk kasusnya sama, mengapa orang susah lepas dari rokok, sementara bayi dengan dot," ujar Tan mengutip Kompas.com.
Baca Juga: 7 Manfaat Kesehatan Minum Air Rebusan Sereh
4. Keju Cheddar
Melansir WebMD, keju cheddar memiliki kandungan lemak jenuh yang paling tinggi jika dibandingkan dengan produk olahan susu lainnya. Kandungan lemak jenuh yang tinggi ini bisa menaikkan level kolesterol sehingga meningkatkan kemungkinan untuk terkena penyakit jantung.
Tetapi tenang saja, menurut Report of the Dietary Guidelines Advisory Committee pada tahun 2015 seperti yang dilansir oleh Medical News Today, menyebutkan bahwa konsumsi kalori harian adalah sebesar 20 hingga 35 persen dan lemak jenuh sebesar 10 persen dari total kalori.
Medical News Today menambahkan bahwa jika seseorang membatasi asupan kalori harian sebesar 1800 kalori, maka jumlah lemak jenuh yang bisa dikonsumsi adalah 18 gram.
Keju cheddar memiliki sekitar 120 kalori dan 6 gram lemak jenuh sehingga masih diperbolehkan untuk dikonsumsi dalam jumlah yang wajar.
Jika tidak diperhatikan jumlah konsumsinya per hari, maka bisa meningkatkan risiko diabetes, obesitas, dan masalah jantung lainnya.
Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV