> >

5 Masalah Kesehatan yang Dapat Diatasi dengan Botox

Kesehatan | 6 September 2024, 15:03 WIB
Kerutan Dapat Diatasi Dengan Bahan-bahan Alami (Sumber: Freepik)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Botox menjadi tren kecantikan yang tengah digandrungi para generasi Z. Perawatan wajah tersebut dianggap ampuh untuk mencegah penuaan.

Dikutip dari laman Cleveland Clinic Health Essentials,  botox dilakukan dengan memberikan suntikan cairan botulinum toxin yang berfungsi untuk merelaksasi otot. Perlu diingat botox hanya boleh dilakukan untuk orang dengan usia 20 hingga 30-an.

Salah satu efek samping dari suntikan botox adalah menghaluskan kerutan. Botox bekerja dengan cara menghalangi sinyal saraf yang menyebabkan kontraksi otot atau mencegah agar wajah tidak banyak bergerak yang dianggap dapat memicu timbulnya kerutan.

Baca Juga: RS Unhas Serahkan Tes Kesehatan 30 Bacakada

Namun, rupanya botox mampu mengatasi berbagai kondisi lainnya, mulai dari masalah saraf, otot, dan masih banyak lagi.

1. Mengurangi keringat dan bau badan

Hiperhidrosis merupakan suatu kondisi yang ditandai produksi keringat secara berlebihan. Botox secara efektif bekerja untuk hiperhidrosis dengan mencegah saraf melepaskan bahan kimia yang memicu keringat.

Sebuah penelitian tahun 2001 terhadap lebih dari 145 peserta menemukan bahwa botox mengurangi keringat di ketiak. Selain itu, 98 persen peserta mengatakan mereka akan merekomendasikan pengobatan ini kepada orang lain.

Botox cenderung mengurangi keringat sekitar 6 hingga 9 bulan setelah suntikan. 

2. Mengurangi gejala parkinson

Penyakit parkinson adalah masalah neurologis yang menyebabkan penderitanya memiliki masalah dengan fungsi otot. Salah satu akibatnya, mereka mungkin tidak mampu menelan dengan normal dan mengalami kelebihan produksi air liur. 

Untungnya, botox dapat membantu mengobati gejala ini. Biasanya, pesan ditransmisikan dari saraf ke otot melalui pelepasan bahan kimia asetilkolin dari ujung saraf. 

Ketika botox disuntikkan ke dalam otot, toksin tersebut akan diambil oleh ujung saraf yang berhubungan dengan otot, dan mengganggu pelepasan asetilkolin, sehingga menghentikan komunikasi antara saraf dan otot. 

Ketika komunikasi ini berkurang, otot melemah dan gejala parkinson tertentu pun berkurang.

3. Kandung kemih yang terlalu aktif

Botox adalah salah satu perawatan yang memberikan dampak signifikan untuk masalah kandung kemih yang terlalu aktif pada orang dewasa. Hal ini juga disetujui untuk mengobati kandung kemih terlalu aktif yang terkait dengan kondisi otak seperti multiple sclerosis pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia minimal 5 tahun.

Salah satu penyebab utama kandung kemih terlalu aktif adalah kontraksi otot kandung kemih yang berlebihan. Botox dapat membantu mengendurkan otot kandung kemih. 

Hal ini memungkinkan kandung kemih terisi lebih penuh dan mengurangi keinginan untuk sering buang air kecil. Walaupun botox bukan pilihan pertama untuk kandung kemih yang terlalu aktif, tetapi jika pilihan pertama seperti obat antikolinergik tidak berhasil, botox bisa menjadi pilihan. 

4. Sakit kepala kronis

Salah satu kegunaan terapeutik botox adalah mengobati migrain kronis. Pengobatan ini sederhana dan mudah, setelah disuntikkan, toksin botulinum "diambil" oleh reseptor nyeri di otot wajah, kepala, dan leher. 

Reseptor nyeri adalah neuron sensorik yang mengirimkan sinyal kimia ke otak, yang disebut neurotransmiter. Toksin botulinum memblokir neurotransmiter, sehingga mengurangi intensitas nyeri migrain.

Perawatannya terdiri dari beberapa suntikan di sekitar area wajah yang dirangsang selama migrain. Setelah pengobatan selesai, efek pereda nyeri dapat bertahan selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Gagas 'Mobil Curhat Keliling' Dukung Kesehatan Mental Gen Z

5. Mengobati blefarospasme

Orang dengan blefarospasme kehilangan kendali atas kemampuan tubuh untuk berkomunikasi dengan ganglia basal, bagian otak yang mengontrol gerakan mata. Akibatnya, mata bisa berkedip tak terkendali dan kelopak mata bisa menjadi turun.

Gerakan wajah yang tidak terkendali ini dapat mengganggu fungsi sehari-hari. Bahkan, orang dengan blefarospasme tidak bisa membuka kelopak matanya dengan baik.

Kabar baiknya, kondisi ini dapat diatasi dengan suntikan botox. Botox berperan sebagai blokade di sambungan neuromuskular, tempat di mana saraf berkomunikasi dengan otot dan menyebabkan otot-otot menjadi sedikit lumpuh, sehingga meminimalkan gerakan otot yang tidak disengaja.

 

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU