4 Bahaya Konsumsi Daging Kucing, Bisa Terpapar Aneka Penyakit Ini
Kesehatan | 9 Agustus 2024, 13:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Polisi menangkap pria berinisial NY, seorang bapak pemiilk indekos di Semarang yang memakan daging kucing milik anak indekosnya. Menurut pemeriksaan polisi, NY mengaku sudah mengonsumsi daging kucing sejak tahun 2010 dan total kucing yang sudah dimakan sebanyak 10 ekor.
NY ditangkap setelah sebuah video yang diunggah akun @three.in.onee mengunggah video yang berisi rekaman suara NY yang mengaku memasak dan memakan daging kucing viral di media sosial. Berdasar pengakuan, ia makan daging kucing untuk mengobati penyakit diabetes yang dideritanya.
Lalu, apakah daging kucing dapat mengobati diabetes?
Baca Juga: Polisi: Bapak Kos Pemakan Daging Kucing Sudah Memakan 10 Ekor Sejak 2010
Dikutip dari laman kemkes.go.id, kucing merupakan hewan peliharaan dan diatur dalam UU No. 41 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Undang-undang tersebut membedakan ternak dan hewan peliharaan. Secara umum, daging kucing bukan produk yang masuk kriteria untuk dikonsumsi manusia.
Konsumsi daging kucing juga tidak mendapat jaminan keamanan pangan. Kucing bukan termasuk hewan yang bisa disembelih di Rumah Potong Hewan, pun tidak ada standarisasi pemotongannya, sehingga tidak bisa dipastikan aman, sehat, dan utuh.
Alih-alih dapat mengatasi diabetes, konsumsi daging kucing justru berisiko memunculkan efek ini pada kesehatan secara jangka panjang. Sebuah penelitian berjudul Consumption of Domestic Cat in Madagascar: Frequency, Purpose, and Health Implications (2015), disebutkan bahwa memakan daging kucing justru bisa sangat berisiko bagi manusia.
Berikut bahaya yang mengintai karena konsumsi daging kucing.
1. Infeksi penyakit toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Meski hewan lain juga memiliki risiko paparan parasit ini, kucing diketahui menjadi inang utama T. gondii dengan berkembang biak di saluran ususnya.
Pada kebanyakan orang, infeksi ini tidak menunjukkan gejala. Akan tetapi, risiko efek samping meningkat pada individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
Parasit ini dapat memicu kista dalam tubuh dan memicu penyakit yang lebih serius di kemudian hari.
Selain itu, infeksi toksoplasmosis juga berbahaya bagi ibu hamil atau yang sedang merencanakan kehamilan. Parasit ini dapat menular melalui plasenta ke janin dan meningkatkan risiko keguguran, lahir mati, bahkan masalah kesehatan serius pada anak.
2. Penyakit Lyme
Penyakit Lyme merupakan infeksi akibat bakteri Borrelia burgdorferi atau Borrelia mayonii. Kedua bakteri tersebut disebarkan melalui gigitan kutu kucing.
Kucing tidak menularkan Lyme pada manusia. Akan tetapi, kutu yang berpindah dari kucing ke manusia berisiko menyebabkan masalah kesehatan.
Gejala infeksi Lyme meliputi demam, sakit kepala, kelelahan, hingga ruam kulit khas yang disebut eritema migrans. Masalah kesehatan ini bisa diobati, tetapi mungkin menyebabkan efek samping jangka panjang.
3. Kontaminasi daging
Kucing bukanlah hewan ternak ataupun hewan konsumsi, sehingga tidak memiliki standarisasi jaminan keamanan pangan. Daging hewan non-ternak mungkin menyebarkan meat borne disease alias penyakit yang ditimbulkan oleh kontaminasi bakteri pada daging yang dikonsumsi.
Infeksi yang dimunculkan dari masalah ini pun beragam, mulai dari tuberculosis, brucellosis, salmonellosis, staphylococcal meat intoxication, taeniasis, trichinosis, sampai clostridiosis.
4. Infeksi bakteri Clostridium botulinum
Bahaya makan daging kucing selanjutnya adalah risiko infeksi bakteri Clostridium botulinum. Bakteri tersebut dikatakan dapat menghasilkan racun berbahaya (toksin botulinum) dan memicu kondisi botulisme.
Baca Juga: Pria Mengonsumsi Kucing di Semarang Diperiksa Polisi, Terungkap Fakta Baru Ini
Meski relatif jarang terjadi, infeksi yang dapat menular melalui makanan ini terhitung serius. Bakteri Clostridium botulinum menyebabkan toksin botulinum yang terbentuk dalam makanan terkontaminasi.
Parahnya lagi, spora yang dihasilkan oleh bakteri tersebut tahan panas dan tersebar luas di lingkungan. Termasuk anaerobik, bakteri ini berkecambah, tumbuh, dan mengeluarkan racun saat tidak ada oksigen.
Infeksi botulisme dapat memunculkan gejala sembelit, kehilangan nafsu makan, lemas, hingga kehilangan kendali kepala secara tiba-tiba. Jika tidak diobati, infeksi ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan meninggal dunia.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV