Sejarah Bubur Asyura saat Peringatan 10 Muharam, Ini Maknanya
Kuliner | 16 Juli 2024, 13:12 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam peringatan 10 Muharam 1446 Hijriah atau 2024 Masehi, sebagian masyarakat muslim Indonesia kerap membuat Bubur Asyura.
Bubur Asyura biasanya dibuat bersama-sama dengan porsi yang besar. Setelah matang, bubur tersebut akan dibagikan ke warga sekitar.
Lantas, bagaimana asal usul bubur asyura?
Melansir laman warisanbudaya.kemendikbud.go.id, Selasa (16/7/2024), bubur Asyura atau Asyuro adalah bubur yang terbuat dari nasi, dicampur dengan kacang-kacangan dan bahan lainnya.
Tradisi sedekah Bubur Asyuro menurut sejarah dimulai pada masa Kesultanan Siak yang ke-11 dan dilanjutkan pada masa Sultan Siak ke-12.
Baca Juga: Resep Bubur Asyura Sambut 10 Muharram, Mirip dengan Sajian Bubur Ayam
Namun seiring perkembangan zaman kegiatan ini hilang pada periode tahun 80-an.
Tak hanya itu, kebiasaan sultan- sultan lainnya pada bulan Muharam ini adalah berpuasa sunnah dan berbuka dengan menikmati hidangan Bubur Asyura.
Dahulu, konon dibuat pada petang hari untuk berbuka puasa sunnah 10 Muharam. Dan setelah acara sultan bersedekah.
Di Siak pernah memasak Bubur Asyura bersama guru dan masyarakat di sepanjang pinggir jalan turap sampai dengan di depan Istana Siak dan makan bubur bersama.
Pada saat itu dimasak Bubur Asyura sebanyak lebih dari 1000 porsi sehingga dapat menembus Museum Rekor Indonesia atau Muri, dan telah tercatat dalam Rekor Muri.
Tradisi tersebut masih dilanjutkan pada masa pemerintahan saat ini dengan membuat acara sedekah Bubur Asyura di Istana Siak, pada tanggal 10 Muharam setiap tahunnya.
Untuk Bubur Asyura khas Aceh, bahan yang gunakan, ada 41 jenis bahan dan rempah-rempah.
Baca Juga: Niat Puasa Qada Ramadan dan Puasa Tasua serta Asyura 2024, Bolehkah Digabung?
Di antaranya sayuran, beras, jagung, kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo, ketela pohon, kacang tanah, pisang dan ubi jalar. Sementara bumbu-bumbuan yang dipakai, yakni bumbu gulai, daun pandan, serai, kayu manis, dan garam.
Pembuatannya membutuhkan waktu selama tiga jam lebih sebelum disajikan untuk dibagikan kepada masyarakat.
Tradisi memasak bubur Asyura setiap tanggal 10 Muharam memang memiliki makna rasa bersyukur atas nikmat dan rezeki.
Karena dimasak secara bergotong-royong, momen ini pun menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antar warga dan menumbuhkan jiwa sosial.
Penulis : Dian Nita Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV, warisanbudaya.kemendikbud.go.id