Faktor Kenyamanan Jadi Alasan Banyak Pasien Indonesia Berobat ke Luar Negeri
Kesehatan | 8 November 2023, 07:43 WIBKenyamanan mulai terlihat saat pasien masuk ke dalam rumah sakit yang berdiri di Jalan Bukit Lajan di Distrik Damansara.
Pasien tak perlu repot untuk mencari pusat informasi, meja resepsionis langsung bisa terlihat saat pasien masuk ke RS KPJ Damansara 2.
KPJ Damansara 2 di desain berbeda dengan RS umumnya. Bangunan menjulang tinggi dengan interior bak hotel bintang lima.
Kamar perawatan yang disediakan juga memberi kenyamanan bagi pasien dan keluarga. Tidak ada layanan kamar perawatan bersama, kecuali pasien anak.
Seluruh kamar di desain untuk satu pasien. Pasien bisa mendapat pendampingan khusus yang mendorong kesembuhan pasien. Ada juga kamar perawatan dengan menerapkan teknologi canggih perintah suara.
Kamar perawatan single bed standart mulai dari 250 Ringgit, untuk harga kamar VIP berkisar 1.500 Ringgit.
Chief Executive Officer (CEO) RS Spesialis KPJ Damansara 2, Tan Sok Kheng menjelaskan konsep yang ditawarkan DSH 2 yakni menggabungkan digital dan teknologi, yang dipadukan dengan staf, perawat, konsultan terlatih dengan baik dan berpengalaman.
Inspirasi di balik rumah sakit baru yang megah dan meninggalkan suasana perawatan kesehatan yang tradisional tak lain untuk meningkatkan pengalaman melalui sistem perawatan kesehatan yang benar-benar berpusat pada pasien.
"DSH2 adalah menciptakan lingkungan yang mendorong kesejahteraan dan pemulihan pasien. Dengan standar perawatan klinis dan pengalaman layanan pelanggan yang ditingkatkan, kami akan memastikan lingkungan yang penuh kasih dan memelihara sepanjang perjalanan perawatan," ujar Tan Sok Kheng.
Baca Juga: Rumah Sakit Indonesia Satu-satunya RS yang Masih Beroperasi di Utara Gaza, Terancam Kehabisan BBM
Tan menjelaksan DSH2 menjadi era baru bagi KPJ Healthcare, karena fasilitas yang diberikan mengadposi teknologi baru.
Semisal pengobatan presisi, diagnosis berbantuan teknologi, penyampaian perawatan pasien individual, menetapkan standar baru dalam perawatan klinis, fokus terhadap pasien dan pelanggan.
Berbagai fasilitas medis canggih, termasuk teknologi pencitraan canggih seperti mesin MRI Magnetom Lumina, Mesin Pemindai CT Somatom Dual Source, mesin Angiografi Azurion B20/15 untuk navigasi yang presisi, mesin Mammografi 3D Hologic Selenia Dimensions, Densitometri Tulang dengan Ultrasonografi, Mesin X-Ray Portabel, Ruang Operasi Digital, dan Cathlab juga tersedia di DHS 2.
Selain itu peralatan medis canggih, DSH 2 menawarkan berbagai fasilitas untuk menjamin kenyamanan dan keamanan pasien.
Seperti premier lounge, lingkungan penyembuhan dan menenangkan di seluruh rumah sakit, taman terapi dan herbal, klinis yang fleksibel, dan sistem pendaftaran dan prosedur saat pasien keluar rumah sakit yang cepat untuk memastikan proses yang lancar.
"Ada 74 dokter dengan 34 dokter tetap yang mendukung pelayan di KPJ Damansara 2, 54 klinik, enam laboratorium dan tujuh kamar operasi," ujar Tan.
Kendala di Indonesia
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menjelaskan memang tidak ada larangan untuk warga negara Indonesia berobat ke luar maupun dalam negeri.
Akan tetapi angka Rp167 triliun yang keluar dari 2 juta WNI berobat ke luar negeri menjadi perhatian serius Kemenkes.
Menurutnya ada beberapa kendala bagi masyarakat untuk berbat di dalam negeri. Seperti rujukan rumah sakit.
Dante mencontohkan warga Sumatera Utara lebih memilih berobat ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia dibanding dirujuk ke Jakarta. Begitu juga warga Kalimantan Barat lebih dekat ke Malaysia dibanding ke Jakarta.
Baca Juga: [FULL] Berobat ke Luar Negeri Lebih Mujarab, Benarkah? | BTALK
Namun untuk mutu dan kualitas dokter di Indonesia sama dengan dokter luar negeri karena setiap kampus kedokteran menggunakan kurikulum yang sama dengan kampus-kampus di luar.
Perbedaannya, sambung Dante, hanya soal pelayanan kepada pasien dan keramah tamahan tenaga kesehatan kepada pasien.
Di sisi lain rasio dokter dengan penduduk juga masih kurang yakni sebesar 0,62 per 1.000 penduduk. Menurut WHO 1 per 1.000 penduduk. Begitu juga dengan dokter spesialis kita juga masih kurang.
Hal ini yang membuat komunikasi dokter dengan pasien yang berobat sangat singkat.
"Karena pasien banyak maka dokter di Indonesia sedikit berkomunikasi dengan pasien. Beda dengan dokter-dokter di Malaysia, Singapura yang jumlah pasiennya dibatasi kemudian mereka melakukan komunikasi dengan pasien lebih banyak," ujar Dante di program B-Talk KOMPAS TV yang diunggah di Kanal YouTube KOMPAS TV, Kamis (16/3/2023).
Baca Juga: [FULL] Arahan Presiden Jokowi Saat “Groundbreaking” Rumah Sakit Mayapada di IKN
Dante menambahkan kurangnya komunikasi dokter dengan pasien ini sebenarnya bisa diatasi dengan informasi memberi informasi yang efektif. Hal ini akan membuat pasien nyaman berobat di Tanah Air.
"Tentang kualitas sarana prasarana dan kualitas dokter sama, antara di Indonesia dengan di luar negeri. Bahkan beberapa dokter di kita pasiennya itu berasal dari luar negeri. Tapi justru dokter kita diragukan dengan anggapan berobat di luar lebih baik, padahal enggak juga," ujar Dante.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV