> >

Waktu Tidur yang Baik Sesuai Umur Menurut Kementerian Kesehatan, Simak Penjelasannya

Kesehatan | 13 Juli 2023, 07:00 WIB
Ilustrasi tidur. Waktu tidur yang baik tergantung pada usia seseorang. Bayi dan orang dewasa memiliki waktu tidur yang berbeda untuk memeroleh tidur yang berkualitas. (Sumber: Freepik)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Waktu tidur yang baik setiap orang berbeda, tergantung usia. Meski kerap dianggap sebagai kegiatan yang tidak produktif, manusia membutuhkan tidur dalam porsi cukup supaya bermanfaat bagi kesehatan.

Melansir dari situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes), menjalankan pola tidur yang baik dapat mencegah beragam penyakit karena fungsi tubuh berjalan dengan baik.

Tidur bisa membuat tubuh terhindar dari berbagai penyakit, di antaranya diabetes, jantung, dan penyakit mental misalnya stres. 

Berikut ini waktu tidur yang baik sesuai dengan umur:

  • Usia 0-1 bulan: bayi yang usianya baru 2 bulan membutuhkan waktu tidur 14-18 jam sehari.
  • Usia 1-18 bulan: bayi membutuhkan waktu tidur 12-14 jam sehari termasuk tidur siang. 
  • Usia 3-6 tahun: kebutuhan tidur yang sehat di usia anak menjelang masuk sekolah ini, mereka membutuhkan waktu untuk istirahat tidur 11-13 jam, termasuk tidur siang. 
  • Usia 6-12 tahun: Anak usia sekolah ini memerlukan waktu tidur 10 jam. 
  • Usia 12-18 tahun: menjelang remaja sampai remaja kebutuhan tidur yang sehat adalah 8-9 jam. 
  • Usia 18-40 tahun: orang dewasa membutuhkan waktu tidur 7-8 jam setiap hari. 

Baca Juga: Stop Begadang, Ini Jenis Musik yang Membuat Tidur Lebih Cepat

Kemenkes pun mengimbau masyarakat untuk menghindari begadang apabila tak ada keperluan khusus.

Melansir dari Kompas.com, begadang bisa menyebabkan efek negatif pada tubuh, di antaranya:

1. Meningkatkan kadar gula darah

Penelitian kecil pada 2015 menemukan, orang yang doyan begadang ternyata memiliki kadar gula darah yang lebih tinggi ketimbang orang dengan jadwal tidur normal dan teratur. Seperti diketahui, kadar gula darah tinggi menjadi penyebab utama penyakit jantung dan ginjal.

2. Mengubah pola makan

Orang yang begadang cenderung makan pada larut malam. Dampaknya, porsi makan dalam sehari jadi berlebihan. Tak hanya itu, studi menunjukkan, orang yang begadang umumnya mengonsumsi makanan tak sehat yang tinggi lemak dan kalori. 

Pola makan yang buruk tersebut dapat menyebabkan kadar gula darah melonjak, kolesterol tinggi, dan rentan memicu penyakit kronis.

3. Meningkatkan risiko penyakit jantung

Penelitian mengungkapkan, efek begadang bagi kesehatan juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Perubahan pola tidur yang tidak menentu, misalkan rutin tidur di hari kerja dan begadang sesekali setiap pekan dapat menyebabkan "jet lag". 

Untuk setiap jam “jet lag” pergeseran jam tidur tersebut, risiko penyakit jantung orang yang begadang meningkat sebesar 11 persen.

Baca Juga: Bahaya Kurang Tidur Malam untuk Remaja, Bisa Tingkatkan Risiko Multiple Sclerosis, Apa Itu?

4. Menghambat proses penyembuhan saat sakit

Tidur yang berkualitas merupakan bagian dari proses penyembuhan alami tubuh. Sebaliknya, begadang atau tidak tidur sepanjang malam dapat menghambat proses penyembuhan sakit. 

Saat tidur nyenyak, sistem daya tahan tubuh membantu badan menghadapi serangan penyakit atau infeksi.

5. Rentan depresi

Penelitian menunjukkan, orang yang terbiasa begadang cenderung mengalami gejala depresi. Kendati para ahli kini masih meneliti hubungan sebab akibat antara begadang dan depresi, tapi yang pasti keduanya saling berkaitan.

6. Menurunkan kemampuan otak

Efek begadang bagi kesehatan juga dapat menurunkan fungsi otak untuk berpikir. Fungsi otak ini terkait dengan perhatian, fokus, konsentrasi, respons, daya ingat, sampai kecerdasan emosional.

Selain itu, kurang tidur karena begadang juga dapat menurunkan kreativitas dan kemampuan otak dalam memecahkan masalah.

 

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kemenkes/Kompas.com


TERBARU