Mengapa Tumpeng Identik dengan Perayaan 17 Agustus? Ini Penjelasannya
Cerita rasa | 13 Agustus 2021, 04:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia tinggal menghitung hari. Umumnya, akan ada banyak perlombaan yang diadakan di perayaan 17 Agustus ini, salah satunya lomba memasak atau menghias tumpeng.
Tumpeng biasanya dihidangkan dengan membentuk nasi menjadi kerucut dengan berbagai lauk pauk, seperti mi goreng, kering tempe, serundeng, perkedel, hingga ayam goreng di sampingnya.
Kuliner yang satu ini juga dapat dikreasikan sedemikian rupa dengan sayur mayur untuk hiasannya.
Pertanyaannya, mengapa nasi tumpeng identik dengan perayaan 17 Agustus?
Baca Juga: Tetap Meriah Meski Hanya di Rumah, Berikut 5 Kuliner Nusantara Identik Perayaan Hari Kemerdekaan
Melansir artikel Kompas.com yang terbit pada 10 Agustus 2021, dosen Sastra Jawa Universitas Indonesia Ari Prasetyo menjelaskan alasan tumpeng identik dengan HUT RI ini.
Nasi tumpeng memang kerap disajikan dalam acara selamatan dan syukuran sebagai bentuk rasa harapan atau rasa syukur akan sesuatu. Menurutnya merayakaan hari kemerdekaan bisa menjadi salah satu bentuk syukur atas kemerdekaan yang dapat dinikmati.
Dalam perayaan kemerdekaan, masyarakat juga berharap agar Indonesia selalu dalam keadaan yang aman dan sejahtera.
Ari lantas menjelaskan perbedaan selamatan dan syukuran, yang menurutnya merupakan dua kata yang memiliki definisi berbeda.
“Nasi tumpeng biasanya ada di acara selamatan dan syukuran. Terkadang kita rancu dengan dua kata itu, tetapi sebenarnya keduanya berbeda,” kata Ari, Jumat (13/8/2021).
Baca Juga: Saltena, Makanan Mirip Pastel yang Dimakan Dua Lipa
Kata selamatan merujuk pada harapan atas sesuatu yang belum dikerjakan atau belum terjadi, sementara syukuran merujuk pada sesuatu yang telah terjadi dan patut disyukuri.
“Misalnya Indonesia sudah merdeka, itu syukuran. Sedangkan selamatan misalnya meminta keselamatan bagi Indonesia ke depannya. Konsep bersyukur dan meminta apa pun selalu berkaitan dengan Tuhan,” paparnya.
Menilik dari filosofinya, nasi tumpeng merupakan sebuah representasi antara hubungan manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan sesamanya. Hal ini digambarkan dengan bentuknya yang kerucut menyerupai gunung.
Dalam kitab dari zaman Majapahit, Kitab Tantupanggelaran, diceritakan bahwa Pulau Jawa pernah mengalami guncangan. Kala itu, Batara Guru memerintahkan Brahma dan Wishnu untuk membawa puncak Mahameru yang ada di India ke Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur yang kini menjadi Gunung Semeru.
Baca Juga: Sedang Populer, Ini 3 Resep Makanan yang Cocok untuk Dijual Offline Maupun Online
Hingga kini, puncak Mahameru dipercaya sebagai tempat para Dewa. Dengan demikian, manusia menyebutnya sebagai konsep Ketuhanan sebagai sesuatu yang tinggi, besar, dan memiliki puncak.
Demikian pula nasi tumpeng yang memiliki bentuk menyerupai gunung, sebagai simbol syukur saat merayakan sesuatu dan bentuk harapannya kepada Tuhan.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas.com