> >

Mengapa Kamala Harris Kalah dari Donald Trump di Pilpres AS 2024?

Opini | 8 November 2024, 19:32 WIB
Calon presiden dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, kiri, berpidato di sebuah rapat umum kampanye di Madison Square Garden, 27 Oktober 2024, di New York, dan calon presiden dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, kanan, berpidato di sebuah acara kampanye di Ellipse dekat Gedung Putih di Washington, 29 Oktober 2024. (Sumber: AP Photo)

Oleh: Julius Sumant, Senior Producer/Jurnalis KompasTV

Sehari setelah pemungutan suara ketika penghitungan suara masih berlangsung, calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris memberikan pidato pengakuan atas kemenangan calon presiden Donald Trump yang diusung Partai Republik. Kubu tim kampanye Donald Trump pun sudah menerima undangan dari Gedung Putih untuk membicarakan transisi kepresidenan dari Joe Biden.

Pidato pengakuan yang biasa menjadi tradisi dalam transisi presidensial di Amerika Serikat diberikan Kamala Harris setelah perhitungan suara oleh sejumlah media menunjukkan selisih perolehan yang semakin melebar.

Hingga Rabu petang waktu timur Amerika Serikat, atau Kamis pagi waktu Indonesia bagian barat, perhitungan oleh Associated Press mencatatkan keunggulan Trump dengan 295 suara elektoral dan Harris yang tertinggal jauh dengan 226 suara elektoral. Trump juga unggul sekitar 5 juta suara dibanding harris dari sisi jumlah suara popular nasional.

Ada sejumlah analisa untuk menjelaskan mengapa Kamala Harris kalah dukungan dari Donald Trump setelah kampanye selama tiga bulan terakhir penuh dengan perang retorika.

Bayang-Bayang Joe Biden

Salah satu faktor yang disebut-sebut berkontribusi besar pada kekalahan Harris adalah kesulitannya untuk keluar dari bayang-bayang Presiden Joe Biden di mana ia menjadi wakil presidennya.

Baca Juga: Diproyeksikan Menang Pilpres AS 2024, Donald Trump Serukan Persatuan

Lembaga polling Five Thirty Eight merekam “approval rating" Biden selalu jeblok di bawah leveI “diapproval rating" pada setahun pemerintahannya.Saat Biden mundur dari pencapresan Partai Demokrat dan memberi jalan Harris maju pencapresan pada pertengahan Juli 2024, “approval rating" Biden jeblok di kisaran 38 persen dan “disapproval rating” sekitar 56 persen.

Hingga sehari sebelum pemungutan suara Harris melawan Trump, tingkat ketidakpopuleran Biden tak beranjak dengan selisih “approval rating" dan “disapproval rating” tetap ada di kisaran minus 17 poin. Tak bisa disangkal, Harris dalam perannya sebagai wakil presiden sulit menjaga jarak dan membedakan dirinya dengan Presiden Biden.Akibatnya, pemilih mengidentifikasi Harris sebagai tak lebih sebagai orangnya Biden yang tidak populer.

Masa Kampanye Harris Pendek

Sejak Presiden Biden memutuskan mundur dari pencapresan dan mendorong wakil presiden Kamala Harris maju pilpres pada 21 Juli 2024, praktis Harris hanya punya waktu kurang dari 4 bulan untuk berkampanye melawan Donald Trump.

Kontras dengan Trump yang sudah punya jam terbang tinggi. Trump berpengalaman 4 tahun sebagai presiden ke-45 dan berpengalaman menghadapi capres Demokrat waktu itu, Hillary Clinton. Trump juga membuktikan diri mampu membangun kembali basis kekuatan politiknya meski 4 tahun sudah keluar Gedung Putih setelah dikalahkan Joe Biden.

Awal tahun ini ia berhasil mendapatkan tiket pencapresan Partai Republik setelah pesaing utamanya,Gubernur Florida Ron DeSantis, mundur dari pencapresan dan justru berbalik mendukung pencapresannya.

Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU