Kisah Dokter Arab Penolong Pasien Virus Corona di Rumah Sakit Israel
Kompas dunia | 29 April 2020, 05:30 WIBKOMPASTV - Dokter Khitam Hussein setiap hari bangun lebih pagi dari suami dan anaknya. Ia langsung bergegas meninggalkan keluarga untuk mengecek kondisi para pasiennya di Rumah Sakit Rambam, Israel.
Rumah sakit itu terbesar di Israel Utara, Hussein bekerja selama 12 jam sehari selama berbulan-bulan. Sebelum subuh, Hussein bergegas untuk kembali di garis depan dalam melawan virus corona di Israel.
Terkadang ia pulang larut malam di saat anak-anaknya sudah terlelap. Sejak pandemi Covid-19. waktu bersama keluarga harus tersita.
Baca Juga: Kisah Dua Dokter di Wuhan Kulitnya Menghitam karena Corona
Kasus pasien positif virus corona di Israel tercatat mencapai 15.000 kasus, dengan angka kematian sebanayk 202 kasus.
"Ini pekerjaan yang sangat sulit, tidak ada hari seperti hari lain," ujar Hussein seperti dikutip AFP, Rabu (29/4/2020).
Hussein menjadi perwakilan komunitas Arab-Israel yang selama ini terpinggirkan. Ia menjadi salah satu orang yang berperan penting dalam menghadapi krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Bangsa Arab Israel adalah keturunan orang Palestina yang tetap tinggal di tanah mereka pada tahun 1948, tahun negara Israel menyatakan kemerdekaannya.
Baca Juga: Fakta Dokter Muda Meninggal Dunia yang Rela Tunda Pernikahan Demi Tangani Corona
Mereka membentuk sekitar 20 persen dari populasi dan banyak terwakili dalam profesi medis. Pada tahun 2018, pemerintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendorong parlemen dengan undang-undang kontroversial yang menyatakan Israel sebagai negara-bangsa orang-orang Yahudi.
Ini memicu kemarahan di antara orang Arab-Israel dan minoritas lain yang melihatnya sebagai hak mereka untuk tinggal di negara itu.
Krisis kesehatan telah menghidupkan kembali perdebatan, dengan pekerja medis di garis depan, menyoroti peran warga keturunan Arab dalam masyarakat Israel.
Artis-artis terkenal Israel telah mengadakan penggalangan dana secara online untuk rumah sakit Rambam dan mengangkat Hussein sebagai simbol koeksistensi antara orang Arab dan Yahudi.
Baca Juga: Masjid Al Aqsa Di Tengah Pusaran Konflik Israel Palestina
Hussein secara telah disorot beberapa kali. Kepala partai oposisi terbesar di parlemen Israel, Yair Lapid mengkritik kebijakan Netanyahu untuk mendorong Israel sebagai negara-bangsa orang-orang Yahudi.
Ia mengatakan Netanyahu secara konsisten mengabaikan kontribusi petugas medis Arab.
"Jika ... Anda seorang dokter atau perawat Arab di rumah sakit yang tidak menutup mata dalam beberapa minggu, Anda harus tahu bahwa mereka tidak akan mengubah undang-undang negara-bangsa," kata Lapid dalam sebuah tweet baru-baru ini.
Perjuangan Hussein dianggap sebagai bentuk nyata menghancurkan garis perbedaan. Bagi Hussein, yang terpenting adalah menyelamatkan nyawa, apakah seorang pasien adalah orang Arab atau Yahudi.
Baca Juga: Cerita Dokter Relawan Corona: Anggap Saja Musuh Kita Ada di Depan
Hussein dilahirkan di kota Rameh di timur laut, tetapi sekarang tinggal di kota Karmiel di Galilea.
Penulis : Johannes-Mangihot
Sumber : Kompas TV