Prediksi Pemenang Nobel Biofisika: Tidak Terlalu Lama Lagi Wabah Corona Akan Reda
Kompas dunia | 26 Maret 2020, 12:50 WIBLOS ANGELES, KOMPAS.TV-
Hal pertama yang dipesan sang pemenang Nobel Stanford Biofisika adalah 'Jangan panik bila mendengar ada kenaikan jumlah pasien Corona yang berlangsung begitu cepat'.
Pandangan dan prediksi Michael Levitt ini dilansir dari laman latimes.com. Dalam sebuah epidemi kenaikan jumlah adalah hal normal, namun perlahan-lahan jumlahnya akan menurun tajam. Ini adalah pesan yang disampaikan Michael Levitt, ahli biofisika dan pemenang Nobel asal Stanford. yang memprediksi akan ada peredaan wabah Corona dalam waktu tak terlalu lama (LA TIMES, 23/3/2020).
Levitt sebelumnya secara akurat memprediksi penurunan wabah Corona di China. Ia tidak percaya wabah Corona di dunia akan berlangsung berbulan-bulan dan memakan korban jutaan orang.
"Yang kita harus lakukan adalah jangan panik! Secara umum kita akan baik-baik saja" tegasnya.
Bagi Levitt, menerapkan social distancing yang masuk di akal (reasonable social distancing), sudah cukup untuk mencegah berjatuhannya korban secara cepat. Dari pengamatannya, terdapat pola serupa di dunia.
Pada awalnya akan ada 'ledakan', peningkatan secara cepat jumlah orang yang teridentifikasi terkena Corona. Seiring dengan itu, jumlah orang yang meninggal pun akan bertambah dengan cepat. Jumlah korban ini di hari-hari berikutnya akan terus bertambah, namun dengan laju yang lebih rendah. Bila laju penambahan jumlah secara konsisten menurun di banding hari-hari sebelumnya, itu adalah tanda-tanda bahwa wabah akan mereda.
Levitt sebelumnya secara tepat memprediksi meredanya wabah Corona di Cina. Setelah mempelajari statistik korban, pada 1 Februari, Levitt mengeluarkan prediksi yang dikutip banyak media China, bahwa kasus Covid-19 di negara itu akan mencapai 80.000 korban dengan 3.250 meninggal. Ramalannya mendekati akurat. Pada 16 Maret, jumlah penderita Corona mencapai 80.259 kasus dengan 3.245 meninggal. Penambahan pasien setiap hari saat ini sudah sangat sedikit. Dapat dikatakan, epidemi di China sudah berakhir.
Levitt yang memenangkan Nobel pada 2013, memprediksi negara-negara lain pun akan mengikuti pola serupa, bahkan tanpa harus menjalankan sistem lockdown ketat seperti yang dilakukan China. Ia kini menganalisis data dari 78 negara yang melaporkan adanya penambahan 50 kasus baru setiap harinya. Dia melihat adanya 'tanda-tanda pemulihan' di banyak negara itu. Yang menjadi fokus perhatiannya bukanlah total jumlah kasus, namun jumlah kasus baru yang teridentifikasi setiap hari.
“Jumlahnya tentu saja masih mengkhawatirkan, tetapi tanda-tandanya jelas bahwa ada pelambatan kenaikan."
Dia bahkan melihat itu terjadi di Iran. Meski penambahan kasus di Iran setiap hari masih konstan (di atas 1.000), namun Levitt percaya Iran sudah melewati puncak krisis. "Iran sudah melewati titik tengah perjalanan."
Levitt juga menunjukkan apa yang terjadi di kapal Diamond Princess sebagai kasus penting. Diamond Princess adalah kapal di mana para penumpang berinteraksi secara intensif selama berhari-hari. Di kapal itu ada 3.711 penumpang, 712 terinfeksi dan 8 meninggal. Artinya, dalam kapal sepadat itu, yang terkena mencapai 19,2%. Tapi yang meninggal 1,12% dari yang positif covid-19.
Levitt menyatakan, masyarakat tidak boleh menganggap remeh Corona, dan sebaliknya juga jangan terlalu panik. Dalam hal ini ia mengeritik media yang menciptakan kepanikan dengan menonjolkan data-data penambahan jumlah korban dan kisah orang terkenal yang terkena. Levitt bahkan mengritik langkah-langkah lockdown atau menutup roda ekonomi yang pada gilirannya akan melahirkan kekalutan kesehatan tersendiri, akibat tingginya jumlah orang yang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian. Ia memperingatkan penelitian-penelitian yang menunjukkan peningkatan jumlah orang bunuh diri tatkala spiral ekonomi menurun.
"Virus ini hanya akan tumbuh secara eksponensial bila tidak ada kontrol terhadapnya, dan kondisi sesungguhnya jauh dari tahap kehancuran seperti yang mungkin dibayangkan," kata Levitt.
Levitt juga merisaukan bahwa kepanikan akibat informasi tentang dampak covid-19 yang berlebihan akan mengakibatkan banyak orang takut dan justru tidak mau menyatakan dirinya terkena. "Mereka yang secara berani menyatakan dirinya terkena virus harus diperlakukan sebagai pahlawan," ujar Levitt.
Penulis : Herwanto
Sumber : Kompas TV