Puncak Gunung Fuji Akhirnya Bersalju setelah Telat Lebih dari Sebulan
Kompas dunia | 6 November 2024, 14:57 WIBTOKYO, KOMPAS.TV - Puncak Gunung Fuji di Jepang akhirnya bersalju pada Rabu (6/11/2024) pagi. Datangnya salju kali ini terlambat lebih dari satu bulan. Keterlambatan ini mencatat rekor keterlambatan datangnya salju dalam 130 tahun terakhir.
Menurut Badan Metereologi Jepang cabang Shuzuoka, hujan salju pertama di Gunung Fuji dapat dilihat dari sisi barat daya gunung.
Namun, Kantor Meteorologi Lokal Kofu, yang berada di sisi lain gunung dan telah bertugas membuat pengumuman sejak tahun 1984, masih belum dapat melihat salju karena cuaca mendung. Ini berarti turunnya salju tahun ini belum resmi.
Keterlambatan turunnya salju di Gunung Fuji pada tahun ini memecahkan rekor sebelumnya yang ditetapkan pada 26 Oktober 2016.
Baca Juga: PM Jepang Cari Mitra Baru usai Koalisi yang Berkuasa Kehilangan Kursi Mayoritas di Parlemen
Biasanya, gunung setinggi 3.776 meter itu memiliki taburan salju yang jatuh di puncaknya mulai 2 Oktober, sekitar sebulan setelah musim pendakian pada musim panas berakhir. Tahun lalu, salju turun di gunung tersebut pada 5 Oktober.
Gunung Fuji yang tidak bersalju telah menarik perhatian di media sosial. Orang-orang mengunggah foto yang memperlihatkan gunung yang gundul, beberapa orang menyatakan terkejut dan beberapa orang lainnya khawatir akan perubahan iklim.
Kantor Badan Metereologi Jepang di Kofu telah menyebut cuaca musim panas yang mengejutkan pada bulan Oktober sebagai alasannya. Suhu awal tahun ini tercatat lebih tinggi di seluruh Jepang, termasuk Gunung Fuji.
Masih terlalu dini untuk menghubungkan lapisan salju yang terlambat turun tahun ini dengan pemanasan global, karena masih dibutuhkan data untuk jangka waktu yang lama untuk dapat membuat kesimpulan.
Suhu rata-rata bulan Oktober adalah minus 2 derajat celsius di puncaknya, tetapi tahun ini, suhunya mencapai 1,6 derajat celsius, yang merupakan rekor tertinggi sejak 1932. Jepang tahun ini juga mengalami musim panas yang luar biasa panas dan musim gugur yang hangat.
Gunung yang disebut "Fujisan" itu dulunya merupakan tempat ziarah. Gunung dengan puncaknya yang bersalju dan lereng yang hampir simetris ini telah menjadi subjek berbagai bentuk seni, termasuk karya seniman ukiyoe Jepang, Katsushika Hokusai, yang berjudul Thirty-six Views of Mount Fuji.
Saat ini, tempat ini menarik para pendaki yang mendaki ke puncak untuk melihat matahari terbit. Namun, banyaknya sampah yang tertinggal dan kepadatan penduduk telah memicu kekhawatiran dan seruan untuk perlindungan lingkungan dengan mengendalikan pariwisata yang berlebihan.
Baca Juga: Hujan Salju Turun di Wilayah Afrika Selatan, Banyak Sektor Lumpuh Total
Jun Kubota, seorang peramal cuaca dan pendaki yang tumbuh di Yamanashi, salah satu dari dua prefektur yang merupakan rumah bagi Gunung Fuji, khawatir jika penundaan turunnya salju tahun ini merupakan bagian dari tren.
“Saya bertanya-tanya apakah musim di mana kita dapat menikmati salju semakin pendek, tidak hanya di Gunung Fuji tetapi juga di gunung-gunung lain di Jepang bagian tengah atau di Hokkaido," kata Kubota, seperti dikutip dari The Associated Press.
Ia mencatat laporan tentang kurangnya salju di lereng ski dalam beberapa tahun terakhir.
“Saya khawatir hal itu dapat berdampak tidak hanya pada pendakian gunung salju, tetapi juga olahraga musim dingin secara umum,” ujarnya.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : The Associated Press