Sekjen PBB: Pembunuhan Jurnalis sejak Perang Gaza Dimulai Lagi Tidak Dapat Diterima
Kompas dunia | 1 November 2024, 20:05 WIBJENEWA, KOMPAS.TV – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres mengutuk keras pembunuhan jurnalis yang meningkat sejak perang Gaza kembali meletus.
Guterres menyebut tindakan ini sebagai sesuatu yang "tidak dapat diterima".
Ia pun menyerukan perlindungan bagi jurnalis di wilayah konflik, khususnya di Gaza, Tepi Barat, dan Lebanon.
Pernyataan ini disampaikan dalam pidato yang dibacakan pada pembukaan Seminar Media Internasional PBB untuk Perdamaian di Timur Tengah 2024 di Jenewa, Jumat (1/11/2024).
Seminar tersebut berlangsung di tengah situasi sulit akibat perang di Gaza yang genap setahun berlangsung bulan lalu.
"Pada saat yang sama, situasi di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, terus memburuk dengan operasi militer Israel, pembangunan permukiman, meningkatnya serangan pemukim yang secara progresif melemahkan kemungkinan solusi dua negara," kata Guterres dikutip dari Anadolu.
“Jurnalis di Gaza telah terbunuh dalam jumlah yang belum pernah terjadi dalam konflik mana pun," ujarnya.
Guterres juga menyayangkan adanya larangan yang diberlakukan terhadap jurnalis internasional untuk masuk ke Gaza.
Ia menilai, kebijakan ini semakin “membungkam kebenaran” tentang apa yang sebenarnya terjadi di wilayah tersebut.
"Ini tidak dapat diterima," tegasnya.
Baca Juga: PBB Khawatirkan Dugaan Pengiriman Personel Militer Korea Utara ke Rusia
"Suara jurnalis harus dilindungi dan kebebasan pers harus dijaga," ucap Guterres.
Sekjen PBB itu kembali menyerukan agar segera dilakukan gencatan senjata di Gaza dan Lebanon.
Ia mendesak pembebasan seluruh sandera secara tanpa syarat dan penyaluran bantuan kemanusiaan yang efektif ke wilayah-wilayah terdampak.
"Sudah saatnya untuk gencatan senjata segera di Gaza dan Lebanon dengan pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat, pengiriman bantuan kemanusiaan yang efektif, dan kemajuan yang tidak dapat diubah lagi menuju solusi dua negara," tegasnya.
Berdasarkan data dari Sindikat Jurnalis Palestina, sebanyak 173 jurnalis telah tewas sejak perang kembali meletus pada 7 Oktober 2023.
Jumlah korban jiwa yang semakin meningkat ini mencerminkan risiko besar yang dihadapi pekerja media dalam meliput konflik.
Selain korban jurnalis, data kesehatan setempat menunjukkan lebih dari 43.200 warga sipil, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas sejak Israel melancarkan ofensif besar-besaran di Gaza.
Lebih dari 101.600 warga sipil lainnya dilaporkan terluka dalam serangan-serangan tersebut.
Saat ini, Israel menghadapi tuntutan genosida di Pengadilan Internasional terkait tindakannya di Gaza. Kasus ini semakin menambah tekanan.
Baca Juga: PBB: Krisis Myanmar Makin Parah, Konflik Makin Berdarah dan Jaringan Kriminal Makin Tidak Terkendali
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Deni-Muliya
Sumber : Anadolu