> >

Kim Jong-Un Buru Penyebar Kabar Tentara Korea Utara Bantu Rusia Perang di Ukraina, Mahasiswa Diawasi

Kompas dunia | 1 November 2024, 15:29 WIB
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, tengah mengunjungi unit pasukan operasi khusus di distrik barat Korea Utara pada hari Rabu, 2 Oktober 2024. (Sumber: AP Photo)

PYONGYANG, KOMPAS.TV - Rezim pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memburu penyebar kabar tentara Korea Utara bantu Rusia di perang Ukraina.

Kabar tentara Korea Utara mengirimkan pasukan ke Rusia untuk berperang di Ukraina merebak sepekan terakhir.

Amerika Serikat telah melaporkan bahwa Korea Utara telah mengirimkan 10.000 tentara ke Rusia.

Baca Juga: Eks Pasukan Khusus Kim Jong-Un Sebut Tentara Korea Utara Bangga Dikirim ke Rusia, Ini Sebabnya

Mereka juga mengatakan bahwa para tentara itu akan berperang melawan Ukraina pada beberapa pekan mendatang.

Korea Utara sendiri telah membantah bahwa tentaranya akan ikut serta dalam perang tersebut.

Negara itu juga telah menyerukan kepada rakyatnya sendiri bahwa kabar tersebut hanyalah rumor.

“Jangan mencari tahu informasi yang tak pemerintah katakana kepada Anda, Partisipasi kita pada perang Ukraina hanyalah rumor,” bunyi peringatan Kementerian Keamanan Negara dikutip dari Radio Free Asia, Rabu (30/10/2024).

Peringatan ini dikeluarkan setelah mahasiswa mulai menyebarkan berita tentara Korea Utara ada di lapangan latihan mikiter Rusia.

Hal itu diungkapan oleh seorang warga di Provinsi Ryanggang kepada Radio Free Asia, dan meminta anonimitas sebagai alasan keamanan.

Seorang mahasiswa yang juga meminta anonimitas, mengatakan otoritas Korea Utara dikabarkan memburu sumber dari kabar tersebut, dan memerintahkan mahasiswa untuk menginformasikan siapa bertanggung jawab.

Kementerian Keamanan Korea Utara telah mengirim penyelidik pada 21 Okober, ke kampus bergengsi, Universitas Kim Il-sung dan juga Universitas Musik dan Tari Pyongyang.

“Pada 23 Oktober, mahasiswa di universitas saya diminta secara anonim melaporkan siapa pun yang menyebarkan rumor tersebut,” tutur mahasiswa itu.

"Saat ini, masing-masing fakultas mengadakan pertemuan untuk mencari tahu siapa yang menyebarkan rumor itu," ujarnya.

Ia mengatakan kementerian menjamin menjaga kerahasiaan mengenai siapa yang melaporkan sesama rekannya.

Menurut mahasiswa tersebut, dengan tersebarnya kabar itu, keluarga para anggota militer mulai mempertanyakan keberadaan anak-anak mereka yang melakukan wajib militer.

Untuk meredakannya, Kementerian mencoba membantah laporan tersebut dan menyebutnya sebagai rumor demi menghindari kepanikan.

“Kabar partisipasi tentara Korea Utara pada perang di Ukraina mulai tersebar sekitar 10 Oktober, dimulai dari universitas di Pyongyang,” katanya.

“Ada banyak anak-anak dari perwira berpangkat tinggi di universitas tersebut, jadi berita penting yang tak begitu diketahui publik, bisa cepat tersebar di antara mereka,” katanya.

Sementara itu, menurut sumber yang merupakan penduduk Ryanggang, keluarga militer mulai panik dan mencoba menghubungi agar bisa berkomunikasi dengan anak mereka yang sedang wajib militer.

“Keluarga mereka mulai kebingungan setelah tahu bahwa Kim Jong-un telah mengirim pasukan ke Ukraina,” ujarnya.

Baca Juga: AS Ancam Tentara Korea Utara, Bakal Pulang di Kantong Jasad jika Bantu Rusia Perang di Ukraina

Ia menambahkan bahwa sebenarnya kemungkinan keterlibatan Korea Utara di Ukraina telah menyebar saat pertemuan Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Menurutnya saat itu warga Korea Utara tak memperhatikan, dan hanya sekadar menganggapnya sebagai rumor.

“Saat ini, trennya hanya memiliki satu anak di keluarga, jadi jika anak pergi ke militer dan tewas, maka garis keluarga akan terputus,” ucap sumber itu.

Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Radio Free Asia


TERBARU