> >

Geger! Uni Eropa Berlakukan Tarif Bea Masuk untuk Mobil Listrik China

Kompas dunia | 31 Oktober 2024, 06:20 WIB
Ilustrasi. Bendera Uni Eropa di kantor pusatnya di Brussels, Belgia. Uni Eropa resmi menerapkan bea masuk untuk impor mobil listrik dari China mulai Rabu (30/10/2024). (Sumber: AP Photo)

BRUSSELS, KOMPAS.TV - Uni Eropa resmi menerapkan bea masuk untuk impor mobil listrik dari China mulai Rabu (30/10/2024) setelah negosiasi antara Brussels dan Beijing gagal mencapai solusi damai atas sengketa dagang mereka. 

Kenapa Ini Penting?

Mobil listrik menjadi salah satu titik panas dalam perselisihan perdagangan yang lebih luas terkait pengaruh subsidi pemerintah China terhadap pasar Eropa, serta lonjakan ekspor teknologi hijau dari China ke wilayah Uni Eropa.

Dilansir Associated Press, Uni Eropa khawatir subsidi memberikan keuntungan tidak adil bagi produsen China dan mengancam industri otomotif Eropa. 

“Dengan mengadopsi langkah-langkah proporsional dan terukur ini setelah investigasi mendalam, kami memperjuangkan praktik pasar yang adil dan mendukung industri Eropa,” ujar Wakil Presiden Eksekutif Komisi Eropa Valdis Dombrovskis, Selasa (29/10/2024) lalu.

Meski bea masuk ini akan berlaku selama lima tahun, Uni Eropa menyatakan tetap terbuka untuk solusi alternatif yang efektif dan sesuai aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Baca Juga: Mewah Banget! Mobil Listrik Rolls-Royce Spectre 2023 yang Harganya Bikin Geleng Kepala

Pengunjung mengamati Volkswagen ID.7 Vizzion, sedan listrik baru, selama peluncuran perdana dunia menjelang pameran Auto Shanghai 2023 di Shanghai, China, 17 April 2023. (Sumber: AP Photo)

Subsidi dan Pasar Mobil Listrik di Eropa

Komisi Eropa mencatat, pangsa pasar mobil listrik buatan China di Uni Eropa meningkat dari 3,9 persen pada 2020 menjadi 25 persen pada September 2023.

Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh harga produk China yang dianggap menekan harga industri kendaraan listrik Eropa secara tidak adil.

Bea masuk yang dikenakan beragam, misalnya 17 persen untuk mobil buatan BYD, 18,8 persen untuk Geely, dan 35,3 persen untuk SAIC, perusahaan milik negara China.

Geely juga memiliki merek Polestar dan Volvo dari Swedia, sementara SAIC menguasai merek MG asal Inggris, salah satu merek kendaraan listrik terlaris di Eropa.

Produsen mobil listrik lain di China, termasuk perusahaan Barat seperti Volkswagen dan BMW, dikenai tarif sebesar 20,7 persen, sedangkan Tesla memiliki tarif individu sebesar 7,8 persen.

Reaksi Beijing dan Pelaku Industri

Kementerian Perdagangan China mengkritik kebijakan ini sebagai langkah proteksionis dan tidak adil.

"China tidak setuju dan tidak akan menerima keputusan tersebut," tegas pernyataan kementerian tersebut.

"China akan terus mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingan perusahaan-perusahaan China secara tegas."

Namun, langkah balasan Uni Eropa ini juga menghadapi tentangan di Jerman, ekonomi terbesar di Eropa yang juga menjadi rumah bagi industri otomotif besar.

Ketua Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA) Hildegard Müller mengatakan bea masuk ini merupakan kemunduran bagi perdagangan bebas global dan berpotensi mengancam lapangan kerja serta pertumbuhan ekonomi Eropa.

Baca Juga: Impresi Pertama Mobil Listrik BYD Seal yang Katanya Ngebut, Ada Fitur Apa Saja?

Mobil listrik BAIC tipe X-55 II. (Sumber: Kompas.com/Aditya Wisnu)

Apa yang Dipertaruhkan?

Komisi Eropa menyatakan China berhasil memperbesar pangsa pasarnya di Eropa dengan bantuan subsidi di berbagai rantai produksi, mulai dari penyediaan lahan pabrik yang murah oleh pemerintah lokal, pasokan baterai dan lithium dengan harga terjangkau dari perusahaan milik negara, hingga insentif pajak dan pembiayaan murah dari bank-bank yang dikelola negara.

Lonjakan pangsa pasar mobil listrik China ini memicu kekhawatiran dominasi kendaraan listrik buatan China akan menghambat kemampuan Uni Eropa dalam memproduksi teknologi hijau sendiri guna menghadapi tantangan perubahan iklim. 

Selain itu, serikat pekerja dan kelompok bisnis di Eropa khawatir, sektor otomotif yang melibatkan 2,5 juta pekerja langsung dan 10,3 juta pekerja tidak langsung, bisa terancam.

Bea masuk ini telah dipublikasikan dalam Jurnal Resmi Uni Eropa pada Selasa malam, sehingga mulai berlaku sejak tengah malam, menurut juru bicara Uni Eropa, Arianna Podesta.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU