> >

Rusia Klaim Kuasai Permukiman di Kharkiv, Lavrov Tegaskan Komitmen "Operasi Militer" di Ukraina

Kompas dunia | 30 Oktober 2024, 18:50 WIB
Tentara Rusia membidik dari sebuah bunker di perbatasan Rusia-Ukraina di wilayah Kursk, Rusia, Kamis, 24 Oktober 2024. (Sumber: AP Photo)

MOSKOW, KOMPAS.TV – Rusia mengeklaim telah berhasil menguasai sebuah permukiman di wilayah Kharkiv, di bagian timur laut Ukraina. 

Pernyataan ini disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia pada Rabu (30/10/2024) di tengah intensitas konflik yang kian meningkat di wilayah tersebut.

Dalam pernyataan yang dikutip dari Anadolu, Kementerian Pertahanan Rusia menyebut pasukan mereka telah merebut desa Kruhlyakivka, yang berjarak sekitar 21 kilometer dari Kupiansk, sebuah kota strategis yang terletak di Kharkiv. 

Kupiansk merupakan salah satu pusat transportasi penting di kawasan itu, terutama sebagai titik penghubung jalur kereta api yang terletak di sekitar Sungai Oskil, anak sungai Donets yang mengalir menuju Sungai Don, sungai terbesar keempat di Eropa.

Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan dari pihak Ukraina terkait klaim Rusia ini. Sementara verifikasi independen mengenai pernyataan Rusia masih sulit dilakukan mengingat situasi perang yang tengah berlangsung.

Lavrov Tegaskan Komitmen "Operasi Militer"

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov kembali menegaskan Rusia akan mencapai semua tujuan dari apa yang mereka sebut sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina. 

Pernyataan ini ia sampaikan saat membuka acara Kongres Dunia ke-8 bagi Warga Rusia yang Tinggal di Luar Negeri.

"Semua tujuan dari operasi militer khusus yang ditetapkan oleh Presiden [Vladimir] Putin akan tercapai. Keamanan Rusia, hak hidup, kehormatan, dan martabat warga kami, serta hak untuk mempertahankan sejarah dan nilai-nilai budaya akan dipastikan secara andal," kata Lavrov di hadapan para peserta kongres, dikutip dari TASS.

Baca Juga: Putin Pimpin Langsung Latihan Nuklir Strategis Rusia, Simulasi Tanggapi Serangan

Dia menambahkan bahwa komitmen ini mencakup upaya perlindungan bagi warga Rusia dan keturunan mereka, khususnya hak mereka untuk berbicara dalam bahasa ibu, serta mempertahankan sejarah dan nilai-nilai moral spiritual yang mereka warisi.

Selain mempertegas komitmen Rusia, Lavrov mengkritik keras negara-negara Barat yang dipimpin Amerika Serikat. 

Ia menuduh Barat terus memperkuat tekanan terhadap Rusia melalui "perang hibrida" yang menyeluruh. 

Lavrov menyatakan usaha negara-negara Barat untuk mereduksi kekuatan Rusia akan menemui jalan buntu.

"Barat kolektif, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, telah mempercepat upayanya untuk mengisolasi Rusia dan mengerahkan perang hibrida terhadap negara kami. Washington dan sekutu NATO-nya bahkan secara terbuka menyatakan keinginan mereka untuk ‘mengakhiri’ Rusia. Namun, seluruh upaya ini pasti akan gagal," ujarnya.

Lavrov juga menyatakan ketidakpuasannya terhadap dukungan Barat kepada pemerintahan Ukraina yang ia anggap telah melanggar hak-hak fundamental warga di wilayah Donbass dan Novorossiya. 

Menurutnya, pemerintah Ukraina yang didukung negara-negara Barat telah merusak hak-hak warga di kedua wilayah tersebut, yang ia sebut sebagai hak yang dijamin oleh Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Lavrov juga mengkritik tindakan Kiev yang ia anggap menganiaya Gereja Ortodoks Ukraina. 

"Penganiayaan terhadap Gereja Ortodoks Ukraina adalah bukti lain dari hal ini, hal itu juga merupakan pelanggaran Piagam PBB, yang mengharuskan penghormatan terhadap hak asasi manusia tanpa memandang ras, jenis kelamin, bahasa, dan agama," ucapnya.

Baca Juga: Laporan Intelijen Korea Selatan: Pasukan Korea Utara Diduga Telah Dikerahkan ke Garis Depan Rusia

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Anadolu/TASS


TERBARU