Korea Selatan Ancam Kirim Senjata ke Ukraina, Tanggapi Laporan Tentara Korea Utara Ada di Rusia
Kompas dunia | 22 Oktober 2024, 18:42 WIBSEOUL, KOMPAS TV – Korea Selatan pada Selasa (22/10/2024), memperingatkan bahwa pihaknya dapat mempertimbangkan untuk mengirim senjata ke Ukraina sebagai respons terhadap dugaan pengiriman tentara Korea Utara ke Rusia.
Pernyataan ini muncul setelah Korea Utara dan Rusia membantah adanya pergerakan pasukan tersebut.
Pernyataan Korea Selatan ini tampaknya dimaksudkan untuk memberikan tekanan kepada Rusia agar tidak melibatkan pasukan Korea Utara dalam perang melawan Ukraina.
Pejabat Korea Selatan khawatir Rusia mungkin akan memberikan imbalan kepada Korea Utara berupa teknologi senjata canggih yang dapat memperkuat program nuklir dan misil yang mengancam Korea Selatan.
Dalam rapat darurat Dewan Keamanan Nasional, pejabat tinggi Korea Selatan mengecam dugaan pengiriman pasukan Korea Utara sebagai "ancaman serius terhadap keamanan" Korea Selatan dan masyarakat internasional.
"Mereka menggambarkan Korea Utara sebagai kelompok kriminal yang memaksa pemuda-pemudanya menjadi tentara bayaran untuk perang yang tidak dapat dibenarkan," demikian menurut pernyataan resmi kantor kepresidenan Korea Selatan.
Para pejabat menyetujui untuk mengambil langkah-langkah balasan bertahap, menghubungkan tingkat respons mereka dengan kemajuan dalam kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara.
Langkah-langkah ini mencakup opsi diplomatik, ekonomi, dan militer. Korea Selatan bahkan dapat mempertimbangkan untuk mengirimkan senjata defensif dan ofensif ke Ukraina, menurut seorang pejabat senior kepresidenan Korea Selatan dalam sebuah pengarahan kepada wartawan dengan syarat anonim.
Baca Juga: Korea Utara Bantah Kirim Pasukan untuk Bantu Rusia dalam Perang Ukraina: Rumor Tak Berdasar
Pejabat tersebut mengatakan bahwa Korea Utara kemungkinan besar berusaha mendapatkan teknologi canggih dari Rusia untuk menyempurnakan misil nuklirnya.
Bantuan Rusia dalam upaya Korea Utara untuk memodernisasi sistem senjata konvensional yang ketinggalan zaman serta memperoleh sistem pengawasan berbasis ruang angkasa akan menjadi ancaman serius bagi keamanan Korea Selatan.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, Korea Selatan telah bergabung dengan sanksi yang dipimpin oleh AS terhadap Moskow dan memberikan bantuan kemanusiaan serta dukungan finansial kepada Kiev.
Namun, Korea Selatan sejauh ini menghindari pengiriman senjata langsung ke Ukraina, sesuai kebijakannya untuk tidak memasok senjata ke negara yang sedang berkonflik.
Badan Intelijen Korea Selatan pekan lalu mengonfirmasi bahwa Korea Utara mengirim 1.500 pasukan operasi khusus ke Rusia pada bulan ini.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, juga menyatakan bahwa pemerintahnya memiliki informasi intelijen bahwa 10.000 tentara Korea Utara sedang dipersiapkan untuk bergabung dengan pasukan Rusia.
Kerja sama antara Korea Utara dan Rusia telah meningkat pesat dalam dua tahun terakhir.
Pada bulan Juni, kedua negara menandatangani perjanjian pertahanan besar yang mengharuskan keduanya untuk menggunakan segala cara yang tersedia guna memberikan bantuan militer langsung jika salah satu pihak diserang.
Saat itu, Korea Selatan menyatakan akan mempertimbangkan pengiriman senjata ke Ukraina, pernyataan yang kembali diulang pada hari Selasa.
Baca Juga: Ketakutan, Korea Selatan Minta Rusia Tarik Mundur Tentara Korea Utara dari Ukraina
Badan intelijen Korea Selatan menyebutkan bahwa sejak Agustus 2023, Korea Utara telah mengirim lebih dari 13.000 kontainer yang berisi artileri, misil, dan senjata konvensional lainnya ke Rusia untuk mengisi kembali persediaan senjata Rusia yang semakin menipis.
Korea Utara dan Rusia sama-sama membantah adanya pengiriman pasukan maupun transfer senjata tersebut.
Dalam rapat Dewan Keamanan PBB hari Senin, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menolak pernyataan Korea Selatan serta tuduhan negara-negara Barat mengenai Iran yang memasok misil ke Rusia dan China yang menyediakan komponen senjata.
Nebenzia menuduh Barat "menyebarkan ketakutan dengan menuduh Iran, China, dan Korea, yang semuanya tidak berdasar."
Di pertemuan komite PBB terpisah, seorang diplomat Korea Utara menyatakan bahwa pihaknya tidak perlu berkomentar tentang pengiriman pasukan, menyebut tuduhan tersebut sebagai "rumor tidak berdasar" yang bertujuan merusak citra Korea Utara dan kerja sama yang sah antara dua negara berdaulat.
Pada hari Selasa, saudara perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengkritik pemerintah Korea Selatan dan Ukraina dengan menyebut mereka sebagai "orang gila" karena mengeluarkan pernyataan sembrono terhadap negara-negara bersenjata nuklir.
Meskipun belum ada konfirmasi resmi dari AS dan NATO tentang pengiriman pasukan Korea Utara, mereka memperingatkan potensi bahaya jika hal tersebut benar-benar terjadi.
Duta Besar Wakil AS untuk PBB, Robert Wood, menyebut pengiriman pasukan Korea Utara sebagai "perkembangan yang berbahaya dan sangat mengkhawatirkan" jika terbukti benar, dan menambahkan bahwa AS tengah berkonsultasi dengan sekutu dan mitra terkait langkah dramatis tersebut.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press