> >

Korea Selatan Ancam Kirim Senjata ke Ukraina, Tanggapi Laporan Tentara Korea Utara Ada di Rusia

Kompas dunia | 22 Oktober 2024, 18:42 WIB
Tentara berbaris dalam parade peringatan 70 tahun berdirinya Korea Utara di Pyongyang, Korea Utara, pada 9 September 2018. (Sumber: AP Photo / KCNA)

Badan Intelijen Korea Selatan pekan lalu mengonfirmasi bahwa Korea Utara mengirim 1.500 pasukan operasi khusus ke Rusia pada bulan ini. 

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, juga menyatakan bahwa pemerintahnya memiliki informasi intelijen bahwa 10.000 tentara Korea Utara sedang dipersiapkan untuk bergabung dengan pasukan Rusia.

Kerja sama antara Korea Utara dan Rusia telah meningkat pesat dalam dua tahun terakhir.

Pada bulan Juni, kedua negara menandatangani perjanjian pertahanan besar yang mengharuskan keduanya untuk menggunakan segala cara yang tersedia guna memberikan bantuan militer langsung jika salah satu pihak diserang. 

Saat itu, Korea Selatan menyatakan akan mempertimbangkan pengiriman senjata ke Ukraina, pernyataan yang kembali diulang pada hari Selasa.

Baca Juga: Ketakutan, Korea Selatan Minta Rusia Tarik Mundur Tentara Korea Utara dari Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tersenyum selama pertemuan mereka di Bandara Internasional Pyongyang Sunan di luar Pyongyang, Korea Utara, pada 19 Juni 2024. (Sumber: AP Photo)

Badan intelijen Korea Selatan menyebutkan bahwa sejak Agustus 2023, Korea Utara telah mengirim lebih dari 13.000 kontainer yang berisi artileri, misil, dan senjata konvensional lainnya ke Rusia untuk mengisi kembali persediaan senjata Rusia yang semakin menipis. 

Korea Utara dan Rusia sama-sama membantah adanya pengiriman pasukan maupun transfer senjata tersebut.

Dalam rapat Dewan Keamanan PBB hari Senin, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menolak pernyataan Korea Selatan serta tuduhan negara-negara Barat mengenai Iran yang memasok misil ke Rusia dan China yang menyediakan komponen senjata. 

Nebenzia menuduh Barat "menyebarkan ketakutan dengan menuduh Iran, China, dan Korea, yang semuanya tidak berdasar."

Di pertemuan komite PBB terpisah, seorang diplomat Korea Utara menyatakan bahwa pihaknya tidak perlu berkomentar tentang pengiriman pasukan, menyebut tuduhan tersebut sebagai "rumor tidak berdasar" yang bertujuan merusak citra Korea Utara dan kerja sama yang sah antara dua negara berdaulat.

Pada hari Selasa, saudara perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengkritik pemerintah Korea Selatan dan Ukraina dengan menyebut mereka sebagai "orang gila" karena mengeluarkan pernyataan sembrono terhadap negara-negara bersenjata nuklir.

Meskipun belum ada konfirmasi resmi dari AS dan NATO tentang pengiriman pasukan Korea Utara, mereka memperingatkan potensi bahaya jika hal tersebut benar-benar terjadi. 

Duta Besar Wakil AS untuk PBB, Robert Wood, menyebut pengiriman pasukan Korea Utara sebagai "perkembangan yang berbahaya dan sangat mengkhawatirkan" jika terbukti benar, dan menambahkan bahwa AS tengah berkonsultasi dengan sekutu dan mitra terkait langkah dramatis tersebut.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU