Kebijakan Ekonomi China: Peluang Munculnya Stimulus dan Tantangan Pemulihan Ekonomi
Kompas dunia | 13 Oktober 2024, 01:00 WIBBEIJING, KOMPAS TV — Pemerintah China sedang menjajaki opsi tambahan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, demikian disampaikan oleh Menteri Keuangan China, Lan Fo'an, Sabtu (12/10/2024). Namun, Lan belum mengumumkan rencana stimulus besar yang dinanti oleh para investor dan analis pasar.
Dalam keterangannya, Lan menyatakan bahwa terdapat ruang yang cukup dalam anggaran negara untuk meningkatkan utang dan memperbesar defisit jika diperlukan. Meskipun begitu, ia belum memaparkan rincian kebijakan yang sedang dipertimbangkan.
“Ada kebijakan lain yang sedang dibahas dan masih dalam proses,” ujar Lan dalam konferensi pers tersebut.
Pada 30 September, Associated Press melaporkan bahwa perekonomian China terus melemah dalam beberapa pekan sebelumnya, menunjukkan perlunya lebih banyak dukungan dari pemerintah saat mereka meningkatkan stimulus.
Berdasarkan survei yang dirilis, pesanan baru di sektor manufaktur mengalami penurunan tercepat dalam dua tahun terakhir pada September, menurut indeks Caixin.
“Kondisi operasional di sektor manufaktur China memburuk pada September setelah perbaikan di Agustus,” demikian isi laporan tersebut.
Selain itu, perusahaan-perusahaan di China mulai mengurangi perekrutan tenaga kerja dan aktivitas pembelian bahan baku.
Survei resmi yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China menunjukkan penurunan yang lebih ringan, tetapi tetap mencatat kontraksi untuk bulan kelima berturut-turut. Indeks pembelian (PMI) tercatat di angka 49,8 pada September, naik dari 49,1 di Agustus, namun tetap di bawah batas 50 yang menandakan ekspansi.
Survei ini menunjukkan bahwa meskipun produksi pabrik meningkat, pesanan baru justru menurun. Ini mencerminkan bahwa meskipun sektor manufaktur mulai bangkit, permintaan pasar baik domestik maupun global masih lemah.
Pada akhir pekan sebelum 30 September, pemerintah China melanjutkan langkah-langkah yang telah diumumkan sebelumnya untuk mendukung industri properti dan menghidupkan kembali pasar keuangan yang lesu.
Bank sentral China saat itu mengumumkan bahwa bank-bank akan diminta menurunkan suku bunga hipotek untuk pinjaman rumah yang ada sebelum 31 Oktober.
Sementara itu, kota besar di selatan, Guangzhou, menghapus semua pembatasan pembelian rumah pada akhir pekan, sementara Shanghai dan Shenzhen merencanakan pelonggaran aturan pembelian rumah.
Baca Juga: China dan Rusia Bersatu untuk Dunia Multipolar yang Adil, Apa Maksudnya?
Para pengembang properti mengalami kesulitan setelah pemerintah memperketat pengawasan atas utang yang berlebihan beberapa tahun yang lalu. Harga properti terus menurun, dan pemerintah bergerak untuk memastikan bahwa apartemen yang telah dibayar namun belum dibangun, dapat diselesaikan.
Penurunan di sektor properti ini menyebar ke seluruh perekonomian terbesar kedua di dunia, memengaruhi banyak industri lain yang bergantung pada konstruksi perumahan yang booming, seperti produsen peralatan rumah tangga dan bahan bangunan.
Ini memperlambat pemulihan China dari dampak besar pandemi Covid-19, menambah tekanan bagi konsumen China yang khawatir tentang pemotongan gaji, kehilangan pekerjaan, dan harga aset yang menurun.
Perekonomian China tumbuh pada laju 4,7% di kuartal terakhir, sedikit di bawah target pemerintah sekitar 5%. Meski pembatasan Covid-19 dihapus pada akhir 2022, ekonomi China tetap lesu. Banyak perusahaan mengurangi perekrutan dan pemotongan gaji, sementara penurunan kepercayaan konsumen di sektor properti juga berdampak pada pengeluaran rumah tangga.
Baca Juga: Ekonomi China Melambat Bulan Agustus Saat Beijing Terus Berjuang Atasi Permintaan yang Lesu
Pemerintah China menaikkan usia pensiun dan menawarkan subsidi bagi masyarakat yang menukar barang-barang lama seperti mobil atau peralatan rumah tangga untuk yang baru, tetapi langkah-langkah ini belum cukup untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih signifikan.
Pasar saham China sempat naik setelah bank sentral dan lembaga pemerintah lainnya mengumumkan langkah-langkah pada akhir September untuk menghidupkan kembali sektor properti dan menopang pasar keuangan.
Namun, kenaikan ini mulai mereda karena muncul kekhawatiran apakah langkah-langkah tersebut cukup untuk menciptakan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Banyak investor berharap Lan akan mengumumkan paket stimulus besar senilai hingga 2 triliun yuan ($280 miliar), tetapi harapan tersebut belum terpenuhi.
Sebaliknya, Menkeu China Lan Fo'an hari Sabtu, 12 Oktober 2024, menyatakan pemerintahnya akan menerapkan paket langkah-langkah bertahap untuk mempercepat pelaksanaan kebijakan yang sudah ada.
Langkah-langkah tersebut meliputi peningkatan beasiswa bagi mahasiswa, penerbitan obligasi untuk membantu bank-bank besar menambah modal, serta memberikan dukungan lebih lanjut kepada pemerintah daerah yang memiliki utang tinggi, beberapa di antaranya harus membatasi layanan publik akibat krisis keuangan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press