Kebijakan Ekonomi China: Peluang Munculnya Stimulus dan Tantangan Pemulihan Ekonomi
Kompas dunia | 13 Oktober 2024, 01:00 WIBSementara itu, kota besar di selatan, Guangzhou, menghapus semua pembatasan pembelian rumah pada akhir pekan, sementara Shanghai dan Shenzhen merencanakan pelonggaran aturan pembelian rumah.
Baca Juga: China dan Rusia Bersatu untuk Dunia Multipolar yang Adil, Apa Maksudnya?
Para pengembang properti mengalami kesulitan setelah pemerintah memperketat pengawasan atas utang yang berlebihan beberapa tahun yang lalu. Harga properti terus menurun, dan pemerintah bergerak untuk memastikan bahwa apartemen yang telah dibayar namun belum dibangun, dapat diselesaikan.
Penurunan di sektor properti ini menyebar ke seluruh perekonomian terbesar kedua di dunia, memengaruhi banyak industri lain yang bergantung pada konstruksi perumahan yang booming, seperti produsen peralatan rumah tangga dan bahan bangunan.
Ini memperlambat pemulihan China dari dampak besar pandemi Covid-19, menambah tekanan bagi konsumen China yang khawatir tentang pemotongan gaji, kehilangan pekerjaan, dan harga aset yang menurun.
Perekonomian China tumbuh pada laju 4,7% di kuartal terakhir, sedikit di bawah target pemerintah sekitar 5%. Meski pembatasan Covid-19 dihapus pada akhir 2022, ekonomi China tetap lesu. Banyak perusahaan mengurangi perekrutan dan pemotongan gaji, sementara penurunan kepercayaan konsumen di sektor properti juga berdampak pada pengeluaran rumah tangga.
Baca Juga: Ekonomi China Melambat Bulan Agustus Saat Beijing Terus Berjuang Atasi Permintaan yang Lesu
Pemerintah China menaikkan usia pensiun dan menawarkan subsidi bagi masyarakat yang menukar barang-barang lama seperti mobil atau peralatan rumah tangga untuk yang baru, tetapi langkah-langkah ini belum cukup untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih signifikan.
Pasar saham China sempat naik setelah bank sentral dan lembaga pemerintah lainnya mengumumkan langkah-langkah pada akhir September untuk menghidupkan kembali sektor properti dan menopang pasar keuangan.
Namun, kenaikan ini mulai mereda karena muncul kekhawatiran apakah langkah-langkah tersebut cukup untuk menciptakan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Banyak investor berharap Lan akan mengumumkan paket stimulus besar senilai hingga 2 triliun yuan ($280 miliar), tetapi harapan tersebut belum terpenuhi.
Sebaliknya, Menkeu China Lan Fo'an hari Sabtu, 12 Oktober 2024, menyatakan pemerintahnya akan menerapkan paket langkah-langkah bertahap untuk mempercepat pelaksanaan kebijakan yang sudah ada.
Langkah-langkah tersebut meliputi peningkatan beasiswa bagi mahasiswa, penerbitan obligasi untuk membantu bank-bank besar menambah modal, serta memberikan dukungan lebih lanjut kepada pemerintah daerah yang memiliki utang tinggi, beberapa di antaranya harus membatasi layanan publik akibat krisis keuangan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press