> >

Biden: Saya Tidak Tahu Apakah Israel Menunda Perjanjian Damai untuk Pengaruhi Pemilu AS

Kompas dunia | 5 Oktober 2024, 11:41 WIB
Presiden Joe Biden berbicara saat tampil mendadak untuk menjawab pertanyaan selama pengarahan harian di Gedung Putih di Washington, Jumat, 4 Oktober 2024. (Sumber: Foto AP/Susan Walsh)

WASHINGTON, KOMPAS.TV — Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan kata-kata singkat kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Jumat (4/10/2024). Ia mengatakan dia tidak tahu apakah pemimpin Israel itu menunda perjanjian damai Timur Tengah untuk memengaruhi hasil pemilihan presiden AS 2024.

“Tidak ada pemerintahan yang telah membantu Israel lebih dari saya. Tidak ada. Tidak ada. Tidak ada. Dan saya pikir Bibi harus mengingatnya," katanya merujuk pada pemimpin Israel tersebut dengan nama panggilannya. 

"Dan apakah dia mencoba memengaruhi pemilihan umum, saya tidak tahu, tetapi saya tidak menganggapnya (demikian),” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.

Biden, dalam penampilan yang jarang terjadi di ruang jumpa pers Gedung Putih, menanggapi komentar yang dibuat oleh salah satu sekutunya, Senator Chris Murphy, D-Conn. Senator Murphy mengatakan kepada CNN minggu ini bahwa dia khawatir Netanyahu kurang tertarik pada perjanjian damai karena politik AS.

"Saya rasa Anda tidak perlu menjadi orang sinis yang putus asa untuk menganggap beberapa tindakan Israel, beberapa tindakan Perdana Menteri Netanyahu, terkait dengan pemilihan umum Amerika," kata Murphy.

Baca Juga: Serangan Udara Israel Guncang Beirut Selatan, Putuskan Perbatasan Utama ke Suriah

Biden dan Netanyahu telah lama menjalin hubungan yang rumit, tetapi mereka kehabisan ruang untuk bermanuver karena pandangan mereka tentang perang Gaza berbeda dan masa depan politik mereka masih belum pasti.

Bagi Biden, kesepakatan diplomatik akan membantu menyelesaikan perpecahan yang dalam di antara Partai Demokrat terkait perang dan menopang dukungan untuk Wakil Presiden Kamala Harris, sehingga mengurangi satu konflik global yang harus ditanganinya jika Harris menang bulan depan. 

Di sisi lain, Netanyahu memiliki masalah politiknya sendiri. Koalisi sayap kanannya akan meninggalkannya jika ia menghentikan perang, dan ia bisa kehilangan kekuasaan dan harus menghadapi masalah hukum. Saat ini pun Israel telah menghancurkan kepemimpinan Hizbullah, jadi hanya ada sedikit dorongan untuk menghentikan perang.

Biden telah lama mendorong kesepakatan diplomatik, dan ia beserta para pembantunya telah mengindikasikan beberapa kali selama beberapa bulan terakhir bahwa kesepakatan damai sudah dekat. Namun, hal itu tampaknya tidak pernah terwujud, dan dalam beberapa kasus, Netanyahu secara terbuka menolak prospek perdamaian. 

Baru minggu lalu, AS, Prancis, dan sekutu lainnya bersama-sama menyerukan gencatan senjata antara Israel-Hizbullah selama 21 hari, dan berharap Israel akan menyambut baik jika tidak sepenuhnya mendukung rencana tersebut. 

Sebaliknya, Netanyahu secara terbuka menolaknya, memberi tahu para pemimpin yang berkumpul di Majelis Umum PBB bahwa Israel akan terus menyerang Hizbullah sampai semua tujuan mereka tercapai.

Israel telah maju dalam dua front perang: menewaskan para pemimpin tinggi Hizbullah dan melakukan serangan darat ke Lebanon, serta melakukan serangan di Gaza yang menewaskan puluhan orang, termasuk anak-anak. Selain perang di dua medan tersebut, Israel juga berjanji untuk membalas serangan rudal balistik Iran minggu ini.

Harga minyak naik 5% pada hari Kamis karena kekhawatiran meningkat bahwa Israel akan menyerang fasilitas minyak Iran sebagai balasan. Lonjakan harga gas yang begitu dekat dengan pemilu akan menjadi pukulan bagi Harris, terutama setelah berita ekonomi yang kuat pada hari Jumat.

Biden mengatakan belum ada keputusan mengenai jenis tindakan balasan yang akan mereka berikan terhadap Iran, meskipun ia menyatakan, "Saya pikir jika saya berada di posisi mereka, saya akan memikirkan alternatif lain selain menyerang ladang minyak."

Baca Juga: Iran Tebar Ancaman ke Israel, Akan Serang Instalasi Energi jika Tel Aviv Lakukan Serangan Balasan

Meskipun sudah lama saling kenal, keduanya tidak dekat dan tidak terlalu bersahabat. Ketika Biden mengunjungi Israel sebagai wakil presiden di bawah Barack Obama, dia dan pejabat AS lainnya terkejut dengan pengumuman pemerintah Israel tentang pemukiman Yahudi baru di Tepi Barat, sesuatu yang sangat ditentang oleh pemerintah AS.

Meskipun demikian, Biden tetap konsisten dalam mendukung pertahanan dan keamanan Israel. Setelah serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober di Israel, ia memeluk Netanyahu di landasan bandara di Tel Aviv. Sejak saat itu, dengan beberapa pengecualian, Biden telah mendukung transfer senjata AS kepada Israel. 

"Israel memiliki hak untuk membalas serangan kejam terhadap mereka, tidak hanya dari Iran, tetapi dari semua orang mulai dari Hizbullah hingga Houthi," kata Biden pada hari Jumat. "Tetapi faktanya adalah mereka harus jauh lebih berhati-hati dalam menangani korban sipil," ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Desy-Afrianti

Sumber : The Associated Press


TERBARU