> >

Kim Jong Un Ancam Hancurkan Korea Selatan dengan Serangan Nuklir jika Berani Provokasi

Kompas dunia | 4 Oktober 2024, 08:37 WIB
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, tengah mengunjungi unit pasukan operasi khusus di distrik barat Korea Utara pada hari Rabu, 2 Oktober 2024. (Sumber: AP Photo)

Kim merespons pidato Yoon dengan menyebutnya sebagai bukti dari "keberanian perang yang sembrono" dan menunjukkan "kegelisahan keamanan dan psikologi iritasi dari kekuatan boneka."

Dalam pernyataan sinisnya, Kim menyebut Yoon sebagai "orang tidak normal," dan mengatakan "boneka Yoon membanggakan tindakan balasan militer yang luar biasa di depan pintu negara yang memiliki senjata nuklir." 

Pada hari Kamis, Kim Yo Jong, saudara perempuan Kim yang juga pejabat senior, mengejek pameran rudal Hyunmoo-5 Korea Selatan, dengan mengatakan tidak mungkin bagi Korea Selatan untuk melawan kekuatan nuklir Korea Utara dengan senjata konvensional.

Sejak mengadopsi doktrin nuklir yang eskalatif pada tahun 2022, Kim secara berulang kali mengancam akan menggunakan senjata nuklir secara preemptif. 

Namun, banyak pakar asing yang menyatakan bahwa kecil kemungkinan Kim akan menggunakan senjata nuklirnya lebih dulu karena militernya kalah dalam hal kekuatan dibandingkan dengan AS dan sekutunya. 

Baca Juga: Presiden Korsel Ultimatum Kim Jong Un: Korut Akan Menghadapi Akhir Rezim Jika Gunakan Senjata Nuklir

Rudal permukaan-ke-permukaan Hyunmoo berbaris selama perayaan peringatan 76 tahun Hari Angkatan Bersenjata Korea di Seongnam, Korea Selatan, Selasa, 1 Oktober 2024. (Sumber: AP Photo)

Pada bulan Juli, Korea Selatan dan AS menandatangani pedoman pertahanan yang mengintegrasikan kemampuan konvensional Korea Selatan dengan kekuatan nuklir AS untuk menghadapi program nuklir Korea Utara yang semakin maju. Korea Selatan sendiri tidak memiliki senjata nuklir.

Ketegangan antara kedua Korea saat ini berada di titik terburuk dalam beberapa tahun terakhir, dengan serangkaian uji coba rudal provokatif dari Korea Utara dan latihan militer gabungan Korea Selatan-AS yang semakin meningkat dalam siklus aksi dan reaksi. 

Semua saluran komunikasi dan program pertukaran antara kedua negara telah terhenti sejak 2019, ketika diplomasi antara AS dan Korea Utara untuk menghentikan program nuklir Korea Utara gagal.

Pada bulan Januari, Kim menyerukan perubahan konstitusi Korea Utara untuk menghilangkan gagasan penyatuan damai antara kedua negara yang masih berperang, serta mempertegas Korea Selatan sebagai "musuh utama yang tidak berubah."

Kim juga menegaskan kembali bahwa negaranya tidak mengakui Garis Batas Utara (NLL), batas laut barat yang ditetapkan oleh Komando PBB yang dipimpin AS pada akhir Perang Korea 1950-1953. Dia mendesak agar konstitusi baru mencakup definisi yang jelas tentang wilayah Korea Utara. 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press / KCNA


TERBARU