Fakta-Fakta Penting Jelang Perang Total Israel dan Hizbullah
Kompas dunia | 26 September 2024, 07:30 WIBKAIRO, KOMPAS TV — Konflik antara Israel dan Hizbullah Lebanon telah mencapai puncak ketegangan dalam beberapa pekan terakhir, dengan serangkaian serangan yang semakin meningkat.
Konflik yang telah berlangsung hampir setahun ini semakin membara, ditandai dengan dua hari ledakan pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh Hizbullah, serangan yang dituduhkan pada Israel yang telah menewaskan setidaknya 39 orang dan melukai ribuan lainnya.
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, bersumpah membalas serangan tersebut, dan hari Jumat, kelompok militan ini meluncurkan serangan roket ke wilayah utara Israel.
Sejak saat itu, kedua belah pihak saling melancarkan serangan roket setiap hari, yang memaksa ratusan ribu warga Israel di utara berlindung di tempat penampungan udara dan membuat puluhan ribu orang melarikan diri dari rumah mereka di wilayah selatan Lebanon yang dikuasai Hizbullah seperti laporan Associated Press, Kamis, 26 September, 2024.
Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB melaporkan lebih dari 90.000 warga Lebanon telah mengungsi dalam beberapa hari terakhir.
Sementara itu, Lebanon menyatakan serangan udara Israel hari Senin lalu membunuh lebih dari 560 warga Lebanon dan melukai hampir 2.000 orang, dalam serangan paling mematikan sejak perang Israel-Hizbullah tahun 2006. Beberapa pemimpin Hizbullah juga menjadi target serangan, termasuk komandan unit elite Hizbullah yang tewas dalam serangan di Beirut.
Banyak yang khawatir kekerasan yang semakin intens ini dapat mengarah pada perang total antara Israel dan Hizbullah, yang akan semakin memperburuk situasi di kawasan yang sudah terguncang akibat pertempuran di Gaza.
Kedua belah pihak telah menyatakan bahwa mereka tidak menginginkan perang besar, meskipun terus memperingatkan akan serangan yang lebih berat.
Israel dan Hizbullah telah beberapa kali melancarkan serangan sejak perang di Gaza dimulai, tetapi keduanya menahan diri ketika balas dendam mulai mendekati titik di luar kendali, di bawah tekanan berat dari Amerika Serikat dan sekutunya.
Namun, dalam beberapa minggu terakhir, para pemimpin Israel telah memperingatkan kemungkinan operasi militer yang lebih besar untuk menghentikan serangan dari Lebanon agar ratusan ribu warga Israel yang mengungsi dapat kembali ke rumah mereka di dekat perbatasan.
Baca Juga: Serangan Israel ke Lebanon Bunuh Hampir 600 Orang Termasuk 50 Anak, 90 Ribu Penduduk Mengungsi
Apa yang Terjadi dalam Serangan Terbaru?
Serangan lintas perbatasan terus berlanjut pada hari Rabu. Israel menyatakan telah berhasil mencegat sebuah rudal permukaan-ke-permukaan yang menargetkan Tel Aviv. Hizbullah mengklaim bahwa mereka meluncurkan rudal balistik Qader 1 yang menargetkan markas badan intelijen Israel, Mossad.
Militer Israel mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya sebuah proyektil yang ditembakkan dari Lebanon mencapai Israel tengah, meskipun Hizbullah mengklaim bahwa mereka juga menargetkan sebuah pangkalan intelijen dekat Tel Aviv bulan lalu. Namun, klaim ini belum dikonfirmasi.
Militer Israel juga melaporkan bahwa angkatan udara mereka telah menghantam sekitar 280 sasaran Hizbullah di seluruh Lebanon pada hari Rabu. Menteri Kesehatan Lebanon menyatakan bahwa serangan Israel terbaru ini menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai ratusan lainnya. Dengan demikian, total korban tewas di Lebanon selama tiga hari terakhir mencapai lebih dari 600 orang.
Di pihak Israel, dua warga terluka akibat serpihan roket setelah Hizbullah menembakkan puluhan roket ke wilayah utara Israel, menurut laporan militer setempat.
Baca Juga: Jokowi: Indonesia Kutuk Keras Serangan Israel ke Lebanon, Rencana Pemulangan WNI dalam Proses
Apa Rencana Israel?
Pejabat Israel mengatakan mereka belum membuat keputusan resmi untuk memperluas operasi militer terhadap Hizbullah, dan belum menyebutkan secara terbuka apa yang mungkin mereka lakukan.
Komandan Komando Utara Israel dilaporkan telah menganjurkan invasi darat ke Lebanon, dan Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, mengatakan kepada pasukan yang ditempatkan di perbatasan utara pada hari Rabu bahwa serangan udara yang sedang berlangsung dimaksudkan untuk "mempersiapkan medan untuk kemungkinan masuknya kalian dan terus melemahkan Hizbullah."
Halevi melanjutkan, "Hari ini mereka (Hizbullah) akan menerima respons yang sangat kuat. Siapkan diri kalian."
Sementara itu, dengan pertempuran di Gaza yang mulai melambat, Israel telah meningkatkan pasukannya di sepanjang perbatasan Lebanon, termasuk kedatangan divisi tentara yang kuat yang diyakini mencakup ribuan pasukan. Pada hari Rabu, Israel juga mengumumkan bahwa mereka akan mengerahkan dua brigade cadangan untuk misi di utara.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, pekan lalu menyatakan dimulainya "fase baru" dari perang saat Israel mengalihkan fokusnya ke Hizbullah.
Baca Juga: Digempur Serangan Brutal Israel, Hizbullah Disebut Mampu Bertahan, Ini Kuncinya
Apa Dampak dari Perang Skala Penuh?
Perang baru dapat menjadi lebih buruk daripada perang pada tahun 2006, yang sudah cukup traumatis untuk menjadi penghalang bagi kedua belah pihak sejak saat itu.
Pertempuran tersebut menewaskan ratusan pejuang Hizbullah dan sekitar 1.100 warga sipil Lebanon, serta meninggalkan sebagian besar wilayah selatan dan sebagian Beirut dalam kehancuran. Lebih dari 120 tentara Israel tewas dan ratusan lainnya terluka. Serangan roket Hizbullah ke kota-kota Israel menewaskan puluhan warga sipil.
Israel memperkirakan Hizbullah punya sekitar 150.000 roket dan rudal, beberapa di antaranya berpresisi tinggi, yang dapat menjangkau seluruh wilayah Israel. Meskipun Israel telah memperkuat sistem pertahanan udara, masih belum jelas apakah mereka dapat menahan serangan yang intens dalam perang baru.
Israel mengatakan bahwa mereka dapat mengubah wilayah selatan Lebanon menjadi zona pertempuran, dengan menyatakan bahwa Hizbullah telah menempatkan roket, senjata, dan pasukan di sepanjang perbatasan. Dalam retorika yang semakin memanas selama beberapa bulan terakhir, para politisi Israel menyatakan bahwa mereka akan melakukan kerusakan di Lebanon sebagaimana yang mereka lakukan di Gaza.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press