> >

Raja Yordania Murka: Bendera Biru PBB di Gaza Tak Berdaya Lindungi Warga Sipil dari Serangan Israel

Kompas dunia | 25 September 2024, 12:39 WIB
Raja Yordania Abdullah II bin Al Hussein menyampaikan pidato pada sidang ke-79 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, Selasa, 24 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Raja Abdullah menyatakan perang ini telah memaksa dunia untuk lebih memperhatikan penderitaan warga Palestina. Menurutnya, Israel yang selama ini dikagumi dari kejauhan kini dilihat melalui mata korbannya. 

Baca Juga: Menteri Yordania Yakin Netanyahu Ingin Perang di Timur Tengah Meluas, Ini Ditakutkan Jadi Tujuannya

Foto kamp pengungsian Jabalia di Jalur Gaza, wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak 1967 dan diblokade sejak 2007, usai dibom Israel, Rabu (1/11/2023). (Sumber: Hatem Moussa/Associated Press)

Abdullah II mengingatkan bahwa pemerintah Israel sedang menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, dan seruan untuk sanksi semakin keras.

"Sekarang, kita harus memastikan perlindungan bagi rakyat Palestina. Ini adalah tanggung jawab moral komunitas internasional untuk menegakkan mekanisme perlindungan di seluruh wilayah pendudukan," ujarnya.

Berbicara tentang wacana Yordania sebagai 'tanah air alternatif' bagi Palestina, Raja Abdullah menolak keras gagasan tersebut, menegaskan bahwa pengusiran paksa warga Palestina adalah kejahatan perang. "Tidak ada negara di kawasan ini yang diuntungkan dari eskalasi konflik. Kami sudah melihat perkembangan berbahaya di Lebanon dalam beberapa hari terakhir. Ini harus dihentikan," katanya.

Raja Abdullah mengingatkan bahwa selama bertahun-tahun, dunia Arab telah menawarkan perdamaian melalui Inisiatif Perdamaian Arab, memberikan pengakuan penuh kepada Israel sebagai imbalan untuk perdamaian. 

Namun, Israel terus menolak perdamaian dan memilih konfrontasi. "Selama lebih dari 57 tahun, warga Palestina telah menanggung pendudukan dan penindasan. Selama periode ini, pemerintah Israel terus melanggar batas-batas hukum internasional," ujarnya.

Baca Juga: Saat PM Palestina Minta Tolong Gerakan Non-Blok Bertindak Nyata, Desak Israel Bertanggungjawab

Raja Yordania Abdullah II menyampaikan pidato pada sidang ke-79 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, Selasa, 24 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Raja juga menekankan pentingnya perdamaian yang adil berdasarkan hukum internasional, keadilan, kesetaraan hak, dan pengakuan bersama. 

Dia memperingatkan bahwa setiap eskalasi konflik diikuti dengan jeda, hanya untuk disusul dengan kekerasan yang lebih besar. Menurutnya, jalan perlawanan yang ditempuh komunitas internasional selama ini hanya memperburuk situasi.

"Dunia sedang menyaksikan, dan sejarah akan menghakimi kita berdasarkan keberanian yang kita tunjukkan. Bukan hanya masa depan yang akan meminta pertanggungjawaban kita, tetapi juga rakyat saat ini," kata Raja Abdullah.

Raja Abdullah menyerukan agar semua negara bergabung dengan Yordania untuk membentuk Gerbang Kemanusiaan Gaza, guna mengirimkan bantuan besar-besaran seperti makanan, air bersih, obat-obatan, dan pasokan penting lainnya bagi mereka yang sangat membutuhkan. "Bantuan kemanusiaan tidak boleh digunakan sebagai alat perang," katanya.

"Apapun pandangan politik kita, satu kebenaran tak terbantahkan: tidak ada orang yang harus menanggung penderitaan yang begitu luar biasa, ditinggalkan dan sendirian. Dunia telah gagal secara politik, tetapi kemanusiaan kita tidak boleh gagal dalam membantu rakyat Gaza," tuturnya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : WAFA Palestine


TERBARU