> >

Anura Kumara Dissanayake Terpilih Jadi Presiden Sri Lanka 2024: Hari Ini Dilantik, Berikut Profilnya

Kompas dunia | 23 September 2024, 04:30 WIB
Pemimpin dan presiden terpillih Anura Kumara Dissanayake tiba di TPS di Kolombo, Sri Lanka, Sabtu, 21 September 2024. Dissanayake resmi dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan presiden Sri Lanka, menurut Komisi Pemilihan Umum Sri Lanka hari Minggu, 22 September 2024 (Sumber: AP Photo)

KOLOMBO, KOMPAS TV – Anura Kumara Dissanayake resmi dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan presiden Sri Lanka menurut Komisi Pemilihan Umum Sri Lanka, pada Minggu (22 September 2024). 

Presiden terpilih ini dijadwalkan dilantik pada Senin, 23 September 2024, seperti yang dilaporkan oleh Al Jazeera.

Dissanayake menang setelah penghitungan suara putaran kedua dalam pemilu berlangsung, di mana ia berhasil memperoleh lebih dari 50% suara.

Baca Juga: Anura Dissanayake Pimpin Perhitungan Suara Pilpres Sri Lanka, Selangkah Lagi ke Kursi Presiden

Pemilu di Sri Lanka diawasi oleh badan independen bernama Komisi Pemilihan Umum Sri Lanka (ECSL). 

Dari total populasi sekitar 22 juta orang, sebanyak 17 juta warga memenuhi syarat untuk memilih, yaitu mereka yang berusia 18 tahun ke atas dan terdaftar di komisi pemilihan.

Selain itu, pegawai negeri seperti polisi dan militer yang tidak dapat memberikan suara pada hari pemilihan karena tugas, melakukan pemungutan suara lebih awal melalui surat pada 11 dan 12 September 2024 menurut International Foundation for Electoral Systems (IFES). 

Dalam sistem pemilu ini, pemilih diizinkan untuk memberi peringkat hingga tiga calon di surat suara mereka.

Untuk memenangkan pemilu di putaran pertama, seorang kandidat harus mendapatkan 50% suara pilihan pertama. 

Jika tidak ada yang berhasil mencapai angka tersebut, maka dilakukan penghitungan putaran kedua. 

Di sini, hanya dua kandidat teratas dari putaran pertama yang akan bersaing.

Suara dari kandidat yang dieliminasi akan dipindahkan berdasarkan preferensi kedua yang tertera di surat suara.

Sistem ini tidak mengharuskan pemungutan suara ulang.

Jika salah satu dari dua kandidat teratas dipilih sebagai preferensi kedua atau ketiga, suara akan dihitung untuk kandidat tersebut. 

Menurut Amandemen ke-19 Konstitusi Sri Lanka yang disahkan tahun 2015, masa jabatan presiden adalah lima tahun dengan batas maksimal dua kali masa jabatan.

Baca Juga: Janjikan Perubahan bagi Sri Lanka, Popularitas Capres Wajah Baru Dissanayake Meroket

Profil Anura Kumara Dissanayake

Anura Kumara Dissanayake yang kini menjadi Presiden Sri Lanka terpilih merupakan pemimpin Janatha Vimukthi Peramuna (JVP), sebuah partai yang pernah dua kali memimpin pemberontakan untuk menggulingkan negara Sri Lanka yang kini ingin ia pimpin.

Pada awal Februari 2024, Dissanayake melakukan kunjungan ke New Delhi atas undangan pemerintah India.

Di sana ia bertemu dengan menteri luar negeri India, penasihat keamanan nasional, serta diplomat senior. 

Meski partai yang ia pimpin hanya memiliki tiga kursi di parlemen yang beranggotakan 225 orang, Dissanayake di blantika politik Sri Lanka langsung diakui sebagai kekuatan politik yang semakin kuat di Sri Lanka. 

Popularitasnya bahkan menarik perhatian kekuatan regional seperti India, meskipun JVP kerap dianggap dekat dengan China.

Baca Juga: Sri Lanka Hari Ini Pemilu Presiden di Tengah Harapan untuk Pemulihan Ekonomi Pasca Krisis

Dissanayake, 55 tahun, lahir dari keluarga kelas menengah di desa Thambuttegama, sekitar 177 km dari ibu kota Kolombo. 

Ia meraih gelar sarjana sains dari Universitas Kelaniya dan terlibat aktif dalam JVP sejak masa sekolah.

Pada tahun 2000, ia pertama kali terpilih sebagai anggota parlemen dan sejak 2014 menjadi pemimpin JVP.

Partai JVP memiliki sejarah pemberontakan bersenjata pada tahun 1971 dan akhir 1980-an. 

Pada pemberontakan bersenjata 1988-1989, JVP melawan apa yang mereka sebut sebagai rezim kapitalis yang menyebabkan salah satu periode paling berdarah dalam sejarah Sri Lanka. 

Namun, setelah kegagalan pemberontakan tersebut, JVP beralih ke jalur demokrasi dan Dissanayake telah berupaya mengubah citra partai dari masa lalunya yang penuh kekerasan.

Dalam wawancara dengan BBC pada 2014, Dissanayake secara terbuka meminta maaf atas tindakan kekerasan yang dilakukan oleh partainya di masa lalu. 

Meskipun permintaan maaf ini mendapat kritik dari beberapa anggota partainya, ia tetap menekankan bahwa JVP yang sekarang berbeda dari era 1980-an.

Baca Juga: Demi Berhemat di Tengah Krisis, Sri Lanka Pangkas Sepertiga Kekuatan Militernya hingga Tahun 2030

Krisis Ekonomi dan Perubahan Sri Lanka

Kebangkitan Dissanayake tidak bisa dilepaskan dari krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka pada 2022. 

Krisis ini menyebabkan kekurangan barang-barang pokok dan inflasi yang meroket.

Gerakan protes besar-besaran yang dikenal sebagai Aragalaya (berarti perjuangan) memaksa Presiden Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa saat itu mundur dari jabatan mereka. 

Kekosongan kekuasaan ini membuka jalan bagi JVP dan Dissanayake untuk menyuarakan perubahan yang lebih luas.

Meski banyak pihak memuji upaya Presiden Ranil Wickremesinge yang saat itu menjabat dalam menyetujui paket keuangan dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memulihkan ekonomi Sri Lanka, Dissanayake menyatakan, partainya mungkin akan mencoba menegosiasikan ulang kesepakatan tersebut agar tidak terlalu membebani rakyat Sri Lanka. 

Beberapa kebijakan seperti kenaikan pajak dan pengurangan subsidi telah berdampak berat pada keluarga berpenghasilan rendah dan menengah.

Tantangan terbesar yang dihadapi Dissanayake adalah bagaimana memimpin Sri Lanka keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Selain itu, ia juga perlu menyeimbangkan hubungan dengan India, negara tetangga yang berpengaruh, serta menyelesaikan isu-isu internal seperti korupsi yang menjadi agenda utama partainya.

Pemilu ini adalah kesempatan bagi Dissanayake untuk membuktikan bahwa JVP dan dirinya dapat menjadi pemimpin baru bagi Sri Lanka, yang mampu memulihkan ekonomi dan membawa perubahan politik yang lebih adil dan bersih.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Deni-Muliya

Sumber : Al Jazeera


TERBARU