Anura Kumara Dissanayake Terpilih Jadi Presiden Sri Lanka 2024: Hari Ini Dilantik, Berikut Profilnya
Kompas dunia | 23 September 2024, 04:30 WIBMeski partai yang ia pimpin hanya memiliki tiga kursi di parlemen yang beranggotakan 225 orang, Dissanayake di blantika politik Sri Lanka langsung diakui sebagai kekuatan politik yang semakin kuat di Sri Lanka.
Popularitasnya bahkan menarik perhatian kekuatan regional seperti India, meskipun JVP kerap dianggap dekat dengan China.
Baca Juga: Sri Lanka Hari Ini Pemilu Presiden di Tengah Harapan untuk Pemulihan Ekonomi Pasca Krisis
Dissanayake, 55 tahun, lahir dari keluarga kelas menengah di desa Thambuttegama, sekitar 177 km dari ibu kota Kolombo.
Ia meraih gelar sarjana sains dari Universitas Kelaniya dan terlibat aktif dalam JVP sejak masa sekolah.
Pada tahun 2000, ia pertama kali terpilih sebagai anggota parlemen dan sejak 2014 menjadi pemimpin JVP.
Partai JVP memiliki sejarah pemberontakan bersenjata pada tahun 1971 dan akhir 1980-an.
Pada pemberontakan bersenjata 1988-1989, JVP melawan apa yang mereka sebut sebagai rezim kapitalis yang menyebabkan salah satu periode paling berdarah dalam sejarah Sri Lanka.
Namun, setelah kegagalan pemberontakan tersebut, JVP beralih ke jalur demokrasi dan Dissanayake telah berupaya mengubah citra partai dari masa lalunya yang penuh kekerasan.
Dalam wawancara dengan BBC pada 2014, Dissanayake secara terbuka meminta maaf atas tindakan kekerasan yang dilakukan oleh partainya di masa lalu.
Meskipun permintaan maaf ini mendapat kritik dari beberapa anggota partainya, ia tetap menekankan bahwa JVP yang sekarang berbeda dari era 1980-an.
Baca Juga: Demi Berhemat di Tengah Krisis, Sri Lanka Pangkas Sepertiga Kekuatan Militernya hingga Tahun 2030
Krisis Ekonomi dan Perubahan Sri Lanka
Kebangkitan Dissanayake tidak bisa dilepaskan dari krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka pada 2022.
Krisis ini menyebabkan kekurangan barang-barang pokok dan inflasi yang meroket.
Gerakan protes besar-besaran yang dikenal sebagai Aragalaya (berarti perjuangan) memaksa Presiden Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa saat itu mundur dari jabatan mereka.
Kekosongan kekuasaan ini membuka jalan bagi JVP dan Dissanayake untuk menyuarakan perubahan yang lebih luas.
Meski banyak pihak memuji upaya Presiden Ranil Wickremesinge yang saat itu menjabat dalam menyetujui paket keuangan dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memulihkan ekonomi Sri Lanka, Dissanayake menyatakan, partainya mungkin akan mencoba menegosiasikan ulang kesepakatan tersebut agar tidak terlalu membebani rakyat Sri Lanka.
Beberapa kebijakan seperti kenaikan pajak dan pengurangan subsidi telah berdampak berat pada keluarga berpenghasilan rendah dan menengah.
Tantangan terbesar yang dihadapi Dissanayake adalah bagaimana memimpin Sri Lanka keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Selain itu, ia juga perlu menyeimbangkan hubungan dengan India, negara tetangga yang berpengaruh, serta menyelesaikan isu-isu internal seperti korupsi yang menjadi agenda utama partainya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Deni-Muliya
Sumber : Al Jazeera