> >

Palang Merah Tingkatkan Respons terhadap Lonjakan Kasus Mpox di Afrika

Kompas dunia | 18 Agustus 2024, 00:00 WIB
Praktisi perawat keluarga, Carol Ramsubhag-Carela, mengisi jarum suntik dengan vaksin Mpox sebelum menyuntikkannya pada pasien di sebuah lokasi vaksinasi di wilayah Brooklyn, New York, Amerika Serikat, 30 Agustus 2022. (Sumber: AP Photo/Jeenah Moon)

JOHANNESBURG, KOMPAS.TV - Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) pada Jumat (16/8/2024) mengumumkan peningkatan upaya respons terhadap lonjakan kasus mpox yang melanda Afrika. 

Pengumuman tersebut menyusul deklarasi darurat kesehatan publik oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC) yang menyatakan wabah ini sebagai ancaman kesehatan berskala internasional dan kontinental.

IFRC mengungkapkan bahwa mereka berada di garis depan dalam penanganan wabah mpox di Afrika dengan memanfaatkan pengalaman luas yang mereka peroleh dari menangani wabah sebelumnya seperti Ebola dan COVID-19. 

Dalam pernyataannya, IFRC menyebutkan bahwa mereka mengerahkan jaringan yang terdiri dari lebih dari 4 juta relawan dan 14.000 staf di seluruh benua Afrika.

"Lonjakan tajam kasus mpox di Afrika sangat mengkhawatirkan dan merupakan ancaman kesehatan publik yang serius," kata Mohammed Omer Mukhier, Direktur Regional IFRC untuk Afrika dikutip dari Anadolu.

"Ini bukan hanya masalah lokal, tetapi ancaman bagi seluruh benua yang memerlukan tindakan segera dan terkoordinasi," ujarnya.

Menurut data terbaru dari Africa CDC, hingga tahun 2024, telah dilaporkan 17.541 kasus mpox di 12 negara Afrika, dengan 517 kematian.

Negara-negara yang terkena dampak termasuk Afrika Selatan, Kenya, Rwanda, Uganda, dan Republik Demokratik Kongo, di mana Kongo melaporkan jumlah kasus tertinggi, menyumbang 96% dari total kasus dan 97% dari kematian yang dilaporkan.

Baca Juga: Swedia Laporkan Kasus Mpox Clade 1b Pertama di Luar Afrika, Pasien Sempat Kunjungi Benua Itu

Africa CDC mencatat bahwa angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 160% hingga akhir Juli dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Mukhier menambahkan bahwa sejak tahun lalu, IFRC telah bekerja sama dengan tim lokal mereka di Republik Demokratik Kongo untuk mendukung masyarakat yang terdampak oleh mpox. 

Namun, dengan cepatnya penyebaran wabah ini, diperlukan langkah-langkah tambahan yang melibatkan kementerian kesehatan setempat.

IFRC juga menyerukan dukungan global yang lebih besar untuk membantu menahan epidemi ini.

Mereka menekankan perlunya peningkatan akses ke pengujian, pengobatan, dan vaksin bagi populasi yang berisiko di seluruh benua, serta tindakan berbasis komunitas yang berkelanjutan untuk meningkatkan efektivitas respons epidemi.

Bronwyn Nichol, petugas senior Kesehatan Masyarakat dalam Situasi Darurat di IFRC, menegaskan bahwa wabah mpox ini menjadi pengingat bahwa virus tidak mengenal batas.

"Kekurangan dalam pengujian, pengobatan, dan vaksin menuntut respons global yang terkoordinasi, termasuk peningkatan akses ke stok vaksin di Afrika. Upaya yang terkoordinasi sangat penting untuk melindungi populasi yang rentan dan mencegah penderitaan serta kematian yang tidak perlu," ujar Nichol. 

Baca Juga: WHO Nyatakan Darurat Kesehatan Global Baru: Apa Itu Mpox, di Mana Terjadi, dan Cara Mencegah

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Anadolu


TERBARU