Perundingan Israel-Hamas Rampung, Kesepakatan Gencatan Senjata Bakal Diresmikan Pekan Depan
Kompas dunia | 16 Agustus 2024, 23:56 WIBYERUSALEM, KOMPAS TV - Para mediator pembicaraan gencatan senjata Perang Gaza menyatakan pembahasan poin perundingan dua hari telah selesai, Jumat (16/8/2024). Mereka akan berkumpul kembali di Kairo minggu depan untuk mengunci kesepakatan yang bertujuan menghentikan pertempuran.
Amerika Serikat (AS), Mesir, dan Qatar dalam pernyataan bersama mengatakan pembicaraan berlangsung konstruktif dalam suasana positif. Proposal telah disampaikan kepada kedua belah pihak, dengan harapan detail implementasi bisa segera dirampungkan.
Pernyataan bersama itu juga menyebut bahwa AS mengajukan proposal gencatan senjata kepada Israel dan Hamas untuk menutup celah yang tersisa di antara mereka. Pejabat senior dari negara-negara mediator akan bertemu lagi minggu depan guna menuntaskan kesepakatan.
Dokumen baru yang disebut sebagai "proposal pengait" ini menunjukkan masih ada perbedaan, meski sudah ada beberapa "area kesepakatan baru" antara kedua pihak.
Melansir Associated Press, pernyataan ini dikeluarkan setelah negosiasi di Doha pada Kamis (15/8) dan Jumat (16/8) dalam putaran terbaru pembicaraan gencatan senjata.
“Selama 48 jam terakhir di Doha, pejabat senior dari pemerintah kami terlibat dalam pembicaraan intensif sebagai mediator dengan tujuan menyelesaikan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera serta tahanan. Pembicaraan ini berlangsung serius dan konstruktif dalam suasana positif,” bunyi pernyataan bersama itu.
“Pagi ini di Doha, Amerika Serikat dengan dukungan Mesir dan Qatar, telah mengajukan kepada kedua pihak sebuah proposal penjembatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang diuraikan oleh Presiden Biden pada 31 Mei 2024 dan Resolusi Dewan Keamanan No. 2735. Proposal ini dibangun berdasarkan kesepakatan selama pekan lalu dan menjembatani celah yang tersisa, memungkinkan implementasi kesepakatan secara cepat,” lanjut pernyataan itu.
Baca Juga: Mediator Gaza Buka Kembali Perundingan Gencatan Senjata di Qatar, AS Sebut Menjanjikan
“Tim kerja akan melanjutkan pembahasan teknis dalam beberapa hari ke depan terkait detail implementasi, termasuk pengaturan kemanusiaan yang luas serta hal-hal khusus terkait sandera dan tahanan,” tambahnya.
“Pejabat senior dari pemerintah kami akan berkumpul kembali di Kairo sebelum akhir pekan depan untuk mengunci kesepakatan berdasarkan ketentuan yang diajukan hari ini. Seperti yang dinyatakan para pemimpin ketiga negara minggu lalu, ‘Tidak ada lagi waktu untuk disia-siakan, dan tidak ada alasan bagi pihak mana pun untuk menunda lebih lanjut,’” bunyi pernyataan tersebut.
Putaran pembicaraan ini dimulai pada hari Kamis untuk menghentikan perang yang telah berlangsung selama 10 bulan dan mengamankan pembebasan sandera. Kesepakatan ini dianggap sebagai harapan terbaik untuk mencegah konflik regional yang lebih besar.
Hamas, yang tidak berpartisipasi langsung dalam pembicaraan, menuduh Israel mengajukan tuntutan baru pada proposal yang sudah didukung AS dan komunitas internasional, dan yang telah disetujui Hamas secara prinsip.
Kedua pihak telah setuju secara prinsip pada rencana yang diumumkan oleh Presiden Joe Biden pada 31 Mei.
Namun, Hamas mengusulkan amandemen dan Israel meminta klarifikasi, yang menyebabkan kedua pihak saling menuduh mencoba menggagalkan kesepakatan.
Hamas menolak tuntutan Israel, termasuk kehadiran militer permanen di sepanjang perbatasan dengan Mesir dan garis pemisah di Gaza yang akan digunakan Israel untuk memeriksa warga Palestina yang kembali ke rumah mereka demi menyingkirkan Hamas.
Baca Juga: Iran Diperingatkan Qatar Tak Serang Israel Saat Ini, Negosiasi Gencatan Senjata Dipertaruhkan
Upaya untuk mengakhiri perang Israel-Hamas ini muncul ketika jumlah korban tewas di Gaza melebihi 40.000 jiwa, menurut otoritas kesehatan Gaza, dan kekhawatiran meningkat bahwa Iran dan kelompok militan Hizbullah di Lebanon akan menyerang Israel sebagai balasan atas pembunuhan para pemimpin milisi.
Mediator internasional percaya kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk menghentikan pertempuran dan memastikan pembebasan sandera Israel adalah harapan terbaik untuk meredakan ketegangan.
Juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menyebut pembicaraan itu sebagai langkah penting.
Dia mengatakan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan mengingat kompleksitas kesepakatan tersebut dan bahwa para negosiator sedang fokus pada implementasinya.
Para diplomat berharap kesepakatan gencatan senjata akan meyakinkan Iran dan Hizbullah Lebanon untuk menahan diri dari pembalasan atas pembunuhan seorang komandan top Hizbullah dalam serangan udara Israel di Beirut dan pemimpin politik teratas Hamas dalam ledakan di Teheran yang secara luas disalahkan pada Israel.
Kirby mengatakan Iran telah selesai melakukan persiapan dan dapat menyerang kapan saja dengan sedikit atau tanpa peringatan, dan retorikanya harus dianggap serius.
Baca Juga: Korban Tewas Serangan Israel di Gaza Tembus 40.000 Jiwa, Nyawa Palestina Makin Jadi Statistik Belaka
Menteri Luar Negeri Mesir mengatakan pada hari Jumat bahwa kesepakatan gencatan senjata adalah kunci untuk menurunkan suhu di seluruh wilayah.
“Kami akan melakukan semua upaya untuk mencapai gencatan senjata segera di Jalur Gaza karena ini adalah dasar untuk menghentikan eskalasi,” kata Badr Abdelaty selama kunjungannya ke Lebanon.
Dalam pesan jelas kepada Israel, Hizbullah merilis video pada hari Jumat, dengan terjemahan dalam bahasa Ibrani dan Inggris, menunjukkan terowongan bawah tanah di mana truk-truk mengangkut misil jarak jauh.
Seorang pejabat Hizbullah, yang berbicara tanpa menyebut nama karena membahas urusan militer, mengatakan bahwa misil dalam video tersebut memiliki jarak sekitar 140 kilometer, mampu mencapai bagian dalam Israel.
Hizbullah memiliki puluhan ribu roket, misil, dan drone yang dikatakan dapat menyerang di mana saja di Israel.
Hizbullah mulai menyerang Israel pada 8 Oktober dan mengatakan akan berhenti hanya ketika perang Gaza berakhir.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press / Times of Israel