> >

Presiden Mahmoud Abbas: gara-gara Tekanan AS, PBB Gagal Wujudkan Negara Palestina

Kompas dunia | 14 Agustus 2024, 02:10 WIB
Presiden Palestina Mahmoud Abbas saat tiba di Moskow, Senin, 12/8/2024. Abbas hari Selasa, 13 Agustus 2024, mengkritik tajam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas kegagalannya dalam membantu mewujudkan negara Palestina. (Sumber: Anadolu )

MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengkritik tajam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas kegagalannya dalam membantu mewujudkan negara Palestina, yang menurutnya disebabkan oleh tekanan Amerika Serikat (AS), Selasa (13/8/2024).

"PBB telah gagal dalam misinya untuk memberikan satu solusi atau mengadopsi resolusi yang akan memastikan terwujudnya hak rakyat Palestina untuk memiliki negara," ujar Abbas dalam pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow.

Ia menambahkan, "Karena tekanan AS, PBB tidak mampu menjalankan misinya untuk memberikan solusi atau mengadopsi resolusi yang akan mengamankan hak-hak rakyat Palestina." 

Abbas berada di Rusia sebelum melanjutkan kunjungannya ke Turki, di mana ia akan memberikan pidato di hadapan parlemen Turki pada Kamis mendatang.

Abbas juga menyatakan apresiasinya terhadap kerja sama yang telah terjalin lama antara Rusia dan Palestina, dan menyebut bahwa bangsanya telah mendapat banyak manfaat dari dukungan Rusia selama beberapa dekade.

Ia juga menyinggung keputusan bulan lalu oleh Mahkamah Internasional PBB yang menyatakan bahwa pendudukan Israel atas tanah Palestina adalah "ilegal" dan mendesak Israel untuk menghentikan tindakan yang melanggar hukum internasional.

Berbicara tentang krisis kemanusiaan yang terus berlangsung di Gaza, Abbas mengungkapkan, "Lebih dari 40.000 orang telah tewas sejak Oktober, sekitar 80.000 orang terluka, dan lebih dari 15.000 orang hilang. Inilah kenyataan di Gaza, serta situasi di Yerusalem dan Tepi Barat."

Abbas menegaskan rakyat Palestina tetap teguh dalam perjuangan mereka, bertahan dengan kesabaran, dan mengandalkan dukungan kemanusiaan.

Baca Juga: PBB Sebut Israel Lancarkan 21 Serangan ke Sekolah-Sekolah di Gaza, Tewaskan 274 Orang

Warga Palestina mengevakuasi jenazah dari lokasi yang terkena serangan bom Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 13 Juli 2024. Israel mengatakan pihaknya menargetkan komandan militer Hamas Mohammed Deif dalam serangan besar-besaran pada hari Sabtu itu. (Sumber: AP Photo)

Palestina 'Fokus' Perhatian Rusia

Putin, dalam tanggapannya, mengakui tantangan yang dihadapi Rusia saat ini. 

Ia mengatakan, "Rusia saat ini harus mempertahankan kepentingannya dan melindungi rakyatnya dengan senjata di tangan. Namun, apa yang terjadi di Timur Tengah, khususnya di Palestina, tetap menjadi fokus perhatian kami."

"Kami menyaksikan dengan rasa sakit dan kecemasan terhadap bencana kemanusiaan yang sedang berlangsung di Palestina," tambah Putin.

Putin menyebut bahwa Rusia telah menyediakan sekitar 700 metrik ton (772 ton) bantuan kemanusiaan untuk Palestina dan akan terus memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendukung rakyat Palestina.

"Kami sangat prihatin terhadap korban sipil, karena menurut data terbaru, jumlah korban tewas telah mencapai 40.000 orang, mayoritas dari mereka adalah perempuan dan anak-anak," tegas Putin.

Putin juga menegaskan kembali komitmen Rusia terhadap penyelesaian damai, dengan mengatakan bahwa akar krisis Israel-Palestina terletak pada kegagalan untuk menerapkan keputusan terkait pembentukan negara Palestina yang merdeka.

"Kami percaya bahwa perdamaian yang langgeng dan stabil di kawasan ini membutuhkan pelaksanaan penuh semua resolusi PBB, terutama untuk pembentukan negara Palestina yang berdaulat," pungkasnya.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Anadolu


TERBARU