AS, Mesir, dan Qatar Desak Israel-Hamas Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata
Kompas dunia | 10 Agustus 2024, 05:50 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS), Mesir, dan Qatar mendesak Israel dan Hamas untuk segera melanjutkan perundingan yang tertunda mengenai gencatan senjata di Gaza.
Ketiga negara menegaskan hanya "rincian" terkait implementasi gencatan senjata dan pembebasan tahanan yang masih perlu dinegosiasikan, sehingga tidak ada alasan untuk menunda pembicaraan lebih lanjut.
"Dengan semakin mendesaknya situasi, tidak ada lagi waktu yang bisa disia-siakan. Semua pihak harus segera kembali ke meja perundingan," bunyi pernyataan bersama yang dikeluarkan ketiga negara, Kamis (8/8/2024), dikutip dari Associated Press.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi Israel akan mengirim tim negosiasi pada 15 Agustus untuk merampungkan rincian kesepakatan di tempat yang akan ditentukan.
"Sesuai dengan usulan dari AS dan para mediator, Israel akan mengirimkan tim negosiasi untuk menyelesaikan implementasi dari kerangka kesepakatan," ungkap kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
Pembicaraan yang dimediasi Presiden AS Joe Biden, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, dan Emir Qatar Tamim al-Thani, dijadwalkan berlangsung pada 15 Agustus di Doha, Qatar, atau di Kairo, Mesir.
Seorang pejabat senior AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengungkapkan hanya empat atau lima isu yang masih menjadi perbedaan di antara kedua pihak, termasuk masalah waktu pertukaran tahanan.
Baca Juga: Setelah Ismail Haniyeh, Israel Ancam Habisi Pemimpin Hamas Yahya Sinwar
"Kami memiliki proposal yang siap untuk dipresentasikan pada pertemuan pekan depan untuk menyelesaikan isu-isu yang tersisa," ujar pejabat tersebut.
Sementara Netanyahu mendapat kritik karena dianggap memperlambat proses perundingan untuk mengakhiri serangan Israel ke Gaza yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Hampir 40.000 orang di Gaza dilaporkan tewas dan jutaan lainnya harus mengungsi serta dalam ancaman kelaparan, sejak Israel menyerang pada 7 Oktober lalu.
Hingga saat ini, Hamas belum memberikan tanggapan terhadap ajakan untuk melanjutkan pembicaraan.
Saat ini, ketegangan di kawasan Timur Tengah meningkat setelah pembunuhan pemimpin politik tertinggi Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran pada 31 Juli lalu, yang dipandang banyak pihak sebagai pukulan bagi perundingan gencatan senjata.
Pembunuhan tersebut secara luas dianggap sebagai tindakan Israel, meskipun negara tersebut tidak memberikan komentar resmi.
Namun, surat kabar AS, The Washington Post yang mengutip tiga sumber yang dekat dengan Gedung Putih pada Rabu (7/8/2024) melaporkan, Israel telah memberi tahu AS bahwa merekalah yang berada di balik pembunuhan Haniyeh.
Pejabat-pejabat AS yakin Hamas akan bersedia melanjutkan negosiasi meskipun Haniyeh, yang sebelumnya memimpin organisasi tersebut dalam proses negosiasi, telah dibunuh.
Kepemimpinan politik Hamas kini berada di bawah komando Yahya Sinwar, pemimpin sayap militer kelompok perlawanan Palestina itu.
Baca Juga: Janji Israel Bunuh Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Bakal Sulit Tercapai, Ini Sebabnya
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press