> >

FBI Gerebek Rumah Scott Ritter, Mantan Pengawas Senjata PBB dan Pengkritik AS dan Israel

Kompas dunia | 9 Agustus 2024, 02:15 WIB
Mantan kepala pengawas senjata PBB, Scott Ritter, berbicara dalam konferensi pers sebelum memberikan kuliah di Georgia State University, Atlanta, Amerika Serikat, Selasa, 17 September 2002. (Sumber: AP Photo/Gregory Smith)

 

NEW YORK, KOMPAS TV – FBI dan polisi menggerebek rumah Scott Ritter, mantan pengawas senjata PBB yang kini dikenal sebagai pengkritik kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS), di Delmar, New York, Rabu (7/8/2024) siang waktu setempat.

Petugas FBI dan polisi terlihat memasuki rumah Ritter di Dover Drive. Namun hingga saat ini, alasan pasti penggerebekan belum diketahui. Tidak jelas juga apakah Ritter berada di rumah saat penggerebekan berlangsung.

"Kami bisa mengonfirmasi bahwa personel FBI saat ini berada di sebuah rumah di Dover Drive untuk melakukan kegiatan penegakan hukum terkait penyelidikan federal yang sedang berlangsung," kata juru bicara FBI di Albany, ibu kota negara bagian New York, kepada Fox News Digital.

Baca Juga: The Washington Post: Israel Mengaku Bunuh Ismail Haniyeh kepada AS, Gedung Putih Murka

Namun, ia menambahkan, kebijakan Departemen Kehakiman melarangnya memberikan komentar lebih lanjut.

Ritter mengklaim pemerintah AS mengeluarkan surat perintah penggeledahan terkait dugaan pelanggaran Undang-Undang Registrasi Agen Asing (FARA). 

Ritter menegaskan dirinya tidak melanggar hukum tersebut.

"Saya tidak melanggar Undang-Undang Registrasi Agen Asing. Saya tidak melakukan apa pun yang melanggar aturan itu, dan saya berharap dengan dieksekusinya surat perintah ini dan pengambilan materi yang mereka lakukan, mereka akan segera menyimpulkan bahwa saya tidak bersalah," kata Ritter kepada wartawan di depan rumahnya.

Baca Juga: Pemukim Ilegal Israel Serbu Al-Aqsa dan Lakukan Ibadah Yahudi di Tengah Eskalasi Kekerasan

Ritter menduga penggeledahan terkait dengan kritiknya terhadap kebijakan AS di Ukraina, serta upayanya untuk memperbaiki hubungan antara AS dan Rusia, mendorong kontrol senjata, dan mencapai perdamaian.

Dalam wawancara yang diunggah di YouTube, Ritter juga mengecam keras sikap Israel terhadap Palestina. 

"Israel memenjarakan sembilan tentara yang memperkosa tahanan Palestina, kemudian warga Israel bangkit dan mengatakan bahwa menurut interpretasi Talmud, memperkosa non-Yahudi bukanlah kejahatan, dan tentara tersebut harus dibebaskan," katanya.

"Ini adalah kenyataan yang terjadi di Israel saat ini, sekutu kita, negara yang kita klaim memiliki banyak kesamaan dengan Amerika. Saya tidak tahu kapan terakhir kali 500 warga Amerika menyerbu penjara negara bagian dan mengatakan kita harus diizinkan untuk memperkosa tahanan karena kita diperbolehkan oleh keyakinan agama kita," tambahnya.

Agen pemerintah asing yang bekerja di wilayah AS diwajibkan mendaftarkan diri pada pemerintah, sesuai hukum yang berlaku.

Ritter, yang juga dikenal sebagai kritikus perang Irak 2003, pernah bertugas dalam tim PBB yang mengawasi pelucutan senjata pemusnah massal Irak pada 1991 hingga 1998. 

Ia mengundurkan diri sebagai bentuk protes terhadap kebijakan tersebut. Pada awal 2000-an, Ritter sempat terjerat kasus hukum.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Anadolu


TERBARU