> >

Muhammad Yunus Pulang ke Bangladesh untuk Ambil Alih Kepemimpinan Sementara

Kompas dunia | 8 Agustus 2024, 14:54 WIB
Peraih Nobel Muhammad Yunus tersenyum saat tiba di bandara Charles de Gaulle di Roissy, utara Paris, Rabu, 7 Agustus 2024. (Sumber: AP Photo/Michel Euler)

DHAKA, KOMPAS.TV  — Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian yang kini didapuk sebagai pemimpin interim Bangladesh, dijadwalkan kembali ke tanah airnya Kamis (10/8/2024) untuk mengambil alih kepemimpinan negara di tengah krisis politik yang memanas. 

Yunus kembali dari Paris, tempat ia menghadiri Olimpiade, setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri di tengah tekanan gelombang protes yang mengguncang negera tersebut.

Dalam perjalanan pulang, Yunus menyerukan perdamaian dan mendesak masyarakat Bangladesh untuk bersiap-siap membangun kembali negara yang dilanda kekacauan pasca-pengunduran diri Hasina. 

"Kekerasan adalah musuh kita. Tolong jangan ciptakan musuh baru. Tetap tenang dan siap untuk membangun kembali negara," ujar Yunus dalam pernyataannya di Paris dikutip dari Associated Press.

Pengunduran diri Hasina yang terjadi pada Senin (5/8/2024) menandai akhir dari 15 tahun kepemimpinan yang semakin otoriter. 

Setelah lengser, Hasina melarikan diri ke India, meninggalkan kekosongan kekuasaan yang segera diisi oleh Yunus melalui kesepakatan antara pihak militer, pemimpin masyarakat sipil, dan aktivis mahasiswa yang menjadi motor gerakan protes.

Yunus akan disambut oleh Kepala Militer Bangladesh, Jenderal Waker-Uz-Zaman, saat mendarat di Bandara Internasional Dhaka Kamis sore. Yunus dijadwalkan dilantik oleh Presiden Mohammed Shahabuddin pada malam harinya. 

Shahabuddin sendiri telah membubarkan Parlemen pada Selasa (6/8/2024), membuka jalan bagi pembentukan pemerintahan sementara yang bertugas mengorganisir pemilihan umum.

Sajeeb Wazed Joy, putra Hasina sekaligus penasihatnya, pada Rabu (9/8/2024) mengubah pernyataan sebelumnya yang menyatakan keluarganya akan mundur dari politik. 

Baca Juga: Muhammad Yunus Akan Dilantik Jadi PM Bangladesh Sementara Hari Ini, Minta Masyarakat Tenang

Joy menegaskan, keluarganya dan Awami League akan tetap berperan dalam politik Bangladesh, sebuah sinyal bahwa keluarga Hasina tidak akan menyerahkan panggung politik begitu saja. 

"Jika kita ingin membangun Bangladesh yang baru, itu tidak mungkin tanpa Awami League," katanya.

Pernyataan ini muncul di tengah kekerasan yang telah menewaskan lebih dari 300 orang dalam beberapa pekan terakhir, termasuk puluhan petugas polisi. 

Kekacauan yang dimulai dengan protes terhadap sistem kuota pekerjaan pemerintah, berkembang menjadi tantangan lebih luas terhadap pemerintahan Hasina yang dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia, korupsi, dan kecurangan dalam pemilu.

Sementara itu, situasi di ibu kota Dhaka masih tegang. Penduduk setempat berjaga di lingkungan mereka dengan membawa senjata tajam untuk melindungi diri dari perampokan yang dilaporkan terjadi di beberapa wilayah. 

Militer telah mengeluarkan nomor hotline bagi warga yang membutuhkan bantuan, tetapi banyaknya aparat keamanan yang meninggalkan pos mereka setelah diserang memperburuk kondisi di lapangan.

Tugas berat menanti Yunus. Sebagai pemimpin interim, ia harus memulihkan stabilitas di negara berpenduduk 170 juta jiwa ini, yang kini dilanda ketidakpastian politik dan sosial. 

Yunus diharapkan mampu menavigasi Bangladesh keluar dari krisis dan mempersiapkan pemilihan umum yang kredibel, meskipun hingga kini jadwal pemilu belum ditetapkan.

Yunus, yang dikenal sebagai tokoh vokal anti-Hasina, menegaskan bahwa ia siap untuk menghadapi tantangan ini. 

"Saya berharap bisa segera kembali ke Bangladesh dan melihat apa yang terjadi di sana, serta bagaimana kita bisa mengorganisir diri untuk keluar dari masalah yang kita hadapi," ujarnya sebelum meninggalkan Paris.

Baca Juga: Profil Presiden Sementara Bangladesh Muhammad Yunus: Bankir Kaum Miskin Peraih Nobel

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Associated Press


TERBARU