Kisah Kematian Yasser Arafat: Misteri Racun Polonium dan Tudingan Israel Tersangka Tunggal
Kompas dunia | 1 Agustus 2024, 06:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Kematian pemimpin gerakan Hamas Palestina Ismail Haniyeh, Rabu (31/7/2024) di Teheran, Iran, menimbulkan tanda tanya siapa dalang di belakangnya.
Sebab, Ismail Haniyeh adalah pemimpin tertinggi organisasi perlawanan rakyat Palestina, yang tewas karena rudal berpemandu yang menyerang rumahnya. Hamas menyebut Israel sebagai pelaku utamanya.
Kematian Haniyeh menimbulkan memori terhadap kematian banyak pemimpin Palestina, seperti pendiri Hamas Ahmed Yassin dan Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat.
Arafat meninggal dunia tahun 2004 dalam usia 75 tahun, setelah menderita sakit. Namun, keponakan mendiang Yasser Arafat, Nasser al-Qudwa, pada 11 November 2021, menuding Israel berada di balik kematian pemimpin ikonik tersebut.
“Saya punya keyakinan, begitu juga seluruh rakyat Palestina, bahwa kematian Arafat itu tidak normal, tapi karena racun,” ungkap Nasser al-Qudwa kepada Anadolu Agency.
Baca Juga: Ismail Haniyeh Tewas, Ketua Komisi I DPR: Semua Pihak Harus Tekan Israel untuk Tempuh Jalur Dialog
Al-Qudwa yang juga mantan Menteri Luar Negeri Palestina mengatakan Israel adalah “tersangka tunggal” dan “pelaku” di balik kematian Arafat. Dia menuding agen-agen dari para aktor lain mungkin juga terlibat.
Arafat meninggal dunia pada 11 November 2004 di Prancis di usia 75 tahun. Kematiannya dinyatakan sangat mencurigakan.
Pada 2012, Pemerintah Otonomi Palestina menyetujui penggalian jasad Yasser Arafat setelah ada dugaan bahwa ia diracuni dengan bahan radioaktif Polonium-210 pada 2004. Satu lembaga Swiss yang meneliti pakaian yang diserahkan oleh janda Arafat, Suha, menyatakan, lembaga tersebut menemukan tingkat Polonium-210 "yang sangat tinggi", meskipun gejala yang digambarkan di dalam laporan medis Presiden Palestina itu tak sesuai dengan bahan radioaktif.
Para dokter Prancis yang merawat Arafat pada hari-hari terakhirnya mengatakan, mereka tak bisa memastikan penyebab kematian Arafat. Para pejabat Prancis, yang berlindung di balik hukum privasi, menolak untuk memberi perincian mengenai sifat penyakitnya.
Polonium, yang tampaknya dicerna lewat makanan, juga ditemukan sebagai penyebab kematian mantan mata-mata Uni Soviet, Alexander Litvinenko, di London pada 2006. Ia meninggal secara perlahan-lahan.
Menyebut perjuangan rakyat Palestina, tidak mungkin melupakan sosok Yasser Arafat. Pria kelahiran Kairo, Mesir 24 Agustus 1929 itu, yang lekat dengan kafiyeh dan baju tentara itu, sebenarnya adalah lulusan Teknik dari Universitas Raja Faud I (kemudian berganti nama menjadi Universitas Kairo) pada tahun 1947.
Selama masa kuliahnya inilah, Arafat mengadopsi nama Yasser, yang berarti "santai" dalam bahasa Arab.
Baca Juga: Presiden Palestina Mahmoud Abbas Kecam Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
Namanya mencuat di dunia internasional setelah dilantik jadi pemimpin tertinggi PLO (organisasi pembebasan Palestina) pada 1969. Semenjak itu, hidupnya didedikasikan untuk membebaskan bangsa Palestina.
Bukan hanya upaya perang, jalan damai pun selalu dia upayakan. Salah satunya yang paling fenomenal adalah perjanjian damai 1993 bersama pemimpin Israel Yitzhak Rabin, dan Shimon Peres. Mereka bertiga kemudian dianugerahi Nobel Perdamaian setahun kemudian.
Di Indonesia, nama Arafat sangat dikenal. Hubungan emosional antara Indonesia dan Palestina yang sama-sama pernah merasakan penjajahan jadi faktor perekat utama.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV