> >

Rezim Kim Jong-Un Janjikan Kehancuran Total bagi Musuh Korea Utara Jika Perang Terjadi

Kompas dunia | 29 Juli 2024, 15:47 WIB
Dalam foto yang disediakan pemerintah Korea Utara ini, Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un terlihat bersama putrinya, Ri Sol-ju dalam acara perayaan Tahun Baru di Pyongyang, Minggu (31/12/2023). (Sumber: KCNA/KNS via Associated Press)

PYONGYANG, KOMPAS.TV - Ancaman mengerikan dikeluarkan Korea Utara di tengah kekhawatiran munculnya perang di semenanjung Korea.

Rezim Kim Jong-un menjanjikan kehancuran total bagi musuh Korea Utara jika sang pemimpin memerintahkannya ketika perang terjadi.

Pejabat militer senior Korea Utara, termasuk pemimpin Angkatan Darat Kolonel Ri Un-ryong dan Mayor Angkatan Laut Yu Kyung-song mengeluarkan komentar yang meningkatkan kebencian terhadap Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan.

Baca Juga: Erdogan Ungkap Kans Turki Invasi Israel untuk Bantu Palestina, Tel Aviv Berang

Mereka mengungkapkannya, Sabtu (27/7/2024), pada saat perayaan Gencatan Senjata Perang Korea ke-71.

Hubungan Korea Utara dan AS terus memburuk dan permbicaraan untuk mengurangi ketegangan dan denuklirisasi Korea Utara telah terhenti sejak 2019.

Media Korea Utara baru-baru ini juga mengungkapkan tak mengharapkan perubahan apa pun terkait pemilihan presiden AS.

Dikutip dari Channel News Asia, ketika membicarakan mengenai mengenai AS dan Korea Selatan sangat ingin memprovokasi perang nuklir, para pejabat militer Korea Utara berjanji memperkuat efisiensi perang untuk melancarkan serangan besar-besaran terhadap musuh kapan saja.

Selain itu, juga tanpa penundaan dan akan menghancurkan para musuh sepenuhnya setelah Panglima Tertinggi Kim Jong-un memberi perintah.

Korea Utara menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan AS dan China pada 27 Juli 1953, mengakhiri perang di semenanjung Korea yang telah berlangsung tiga tahun.

Baca Juga: Iran Pasang Badan usai Israel Ancam Serang Hizbullah Terkait Serangan di Golan

Jenderal AS menandatangani kesepakatan itu mewakili pasukan PBB yang mendukung Korea Selatan.

Korea Utara menyebut tanggal 27 Juli sebagai “Hari Kemenangan”, sedangkan Korea Selatan tak merayakan hari itu dengan acara tertentu.

Pertempuran sendiri berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian, sehingga secara teknis Korea Utara dan Korea Selatan masih berperang.

Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Channel News Asia


TERBARU