> >

Junta Militer Myanmar dan Kelompok Etnis Bersenjata Saling Klaim Kuasai Markas Militer Regional Shan

Kompas dunia | 25 Juli 2024, 21:15 WIB
Para anggota Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang, salah satu dari kelompok etnis bersenjata dalam Aliansi Persaudaraan, dan Pasukan Pertahanan Rakyat Mandalay berpose di depan gedung Organisasi Veteran Perang Myanmar di Nawnghkio di Negara Bagian Shan, Myanmar, 26 Juni 2024. (Sumber: Pasukan Pertahanan Rakyat Mandalay via AP)

 

YANGON, KOMPAS.TV – Junta militer Myanmar dan kelompok etnis bersenjata, Kamis (25/7/2024), sama-sama mengeklaim menguasai kota Lashio serta markas komando militer di Negara Bagian Shan Utara, setelah beberapa hari terjadi bentrokan sengit.

Kota Lashio, yang menjadi markas komando militer timur laut, telah mengalami kekacauan sejak 3 Juli, ketika aliansi kelompok etnis bersenjata melancarkan serangan baru terhadap pasukan junta.

Media yang dikelola oleh Tentara Aliansi Demokrasi Nasional Myanmar (MNDAA) melaporkan, mereka telah "sepenuhnya menguasai markas komando militer Timur Laut di Lashio" pada Kamis pagi, serta menguasai Lashio yang berpenduduk sekitar 150.000 orang.

Baca Juga: Pasukan Junta Myanmar Dilaporkan Bantai 33 Warga Desa, Saksi: Korban Dibariskan dan Ditembak Mati

Juru bicara MNDAA, Li Jiawen, mengonfirmasi pasukan mereka telah merebut Lashio.

Namun, juru bicara junta, Zaw Min Tun, membantah klaim tersebut dengan menyatakan informasi itu "tidak benar."

Menurutnya, pemberontak hanya berhasil memasuki pinggiran Lashio dan pasukan keamanan junta sedang melakukan operasi pembersihan di daerah tersebut.

Sebuah video yang diunggah ke media sosial pada Kamis pagi menunjukkan jalan-jalan kota Lashio yang kosong tanpa kehadiran tentara.

Video tersebut telah diverifikasi oleh wartawan AFP dan menunjukkan lokasi yang berjarak sekitar 2 km dari markas komando.

Negara Bagian Shan Utara telah mengalami kekacauan sejak akhir Juni ketika aliansi kelompok etnis bersenjata melakukan serangan terhadap militer di sepanjang jalan raya menuju provinsi Yunnan, China.

Pertempuran ini mengakhiri gencatan senjata yang ditengahi pemerintah China pada Januari lalu, yang menghentikan serangan yang dilakukan aliansi Tentara Arakan, Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA), dan MNDAA.

Baca Juga: Serangan Junta Militer Myanmar Tewaskan 359 Orang Warga Sipil di Kuartal Pertama 2024

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi saat menghadiri Pertemuan dengan Perwakilan ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) di Vientiane, Laos, pada Rabu (24/7/2024). (Sumber: Kemlu.go.id)

Selama pertempuran, militer Myanmar telah melancarkan beberapa serangan udara di sekitar Lashio.

Menurut laporan junta dan kelompok penyelamat setempat, puluhan warga sipil telah terbunuh atau terluka dalam kekacauan tersebut. Namun, baik junta maupun aliansi etnis, belum merilis angka pasti mengenai jumlah korban mereka sendiri.

Pada Kamis, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengkritik junta karena ketidakmauan mereka terlibat dalam rencana perdamaian regional.

Kritik tersebut disampaikan setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Singapura di sela-sela pertemuan menteri luar negeri ASEAN di Laos.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Tersudut, Pasukan Perlawanan Klaim Duduki Pos Komando Tahan Ratusan Tentara

Perbatasan Myanmar menjadi rumah bagi berbagai kelompok etnis bersenjata yang telah berjuang melawan militer sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1948 untuk mendapatkan otonomi dan kontrol atas sumber daya yang menguntungkan.

Beberapa kelompok tersebut juga telah memberikan perlindungan dan pelatihan kepada Pasukan Pertahanan Rakyat yang muncul setelah kudeta 2021.

Beijing, sebagai sekutu utama junta dan pemasok senjata, juga memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok etnis bersenjata di Myanmar yang menguasai wilayah di dekat perbatasan dengan China.

Beijing menyatakan mereka "memperhatikan dengan seksama situasi di Myanmar utara" dan mendesak agar pertempuran dihentikan.

Beijing juga meminta agar pihak-pihak terkait tidak membahayakan keamanan di wilayah perbatasan China serta proyek, perusahaan, dan warga China di Myanmar.

Li Jiawen dari MNDAA melaporkan, tiga orang terbunuh dan sepuluh lainnya terluka dalam serangan udara militer di kota Laukkai yang dikuasai MNDAA, dekat perbatasan dengan China.

Laukkai direbut oleh MNDAA pada Januari setelah sekitar 2.000 pasukan junta menyerah, yang merupakan salah satu kekalahan terbesar militer Myanmar dalam beberapa dekade.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : The Straits Times


TERBARU