> >

Junta Militer Myanmar dan Kelompok Etnis Bersenjata Saling Klaim Kuasai Markas Militer Regional Shan

Kompas dunia | 25 Juli 2024, 21:15 WIB
Para anggota Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang, salah satu dari kelompok etnis bersenjata dalam Aliansi Persaudaraan, dan Pasukan Pertahanan Rakyat Mandalay berpose di depan gedung Organisasi Veteran Perang Myanmar di Nawnghkio di Negara Bagian Shan, Myanmar, 26 Juni 2024. (Sumber: Pasukan Pertahanan Rakyat Mandalay via AP)

Baca Juga: Serangan Junta Militer Myanmar Tewaskan 359 Orang Warga Sipil di Kuartal Pertama 2024

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi saat menghadiri Pertemuan dengan Perwakilan ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) di Vientiane, Laos, pada Rabu (24/7/2024). (Sumber: Kemlu.go.id)

Selama pertempuran, militer Myanmar telah melancarkan beberapa serangan udara di sekitar Lashio.

Menurut laporan junta dan kelompok penyelamat setempat, puluhan warga sipil telah terbunuh atau terluka dalam kekacauan tersebut. Namun, baik junta maupun aliansi etnis, belum merilis angka pasti mengenai jumlah korban mereka sendiri.

Pada Kamis, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengkritik junta karena ketidakmauan mereka terlibat dalam rencana perdamaian regional.

Kritik tersebut disampaikan setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Singapura di sela-sela pertemuan menteri luar negeri ASEAN di Laos.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Tersudut, Pasukan Perlawanan Klaim Duduki Pos Komando Tahan Ratusan Tentara

Perbatasan Myanmar menjadi rumah bagi berbagai kelompok etnis bersenjata yang telah berjuang melawan militer sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1948 untuk mendapatkan otonomi dan kontrol atas sumber daya yang menguntungkan.

Beberapa kelompok tersebut juga telah memberikan perlindungan dan pelatihan kepada Pasukan Pertahanan Rakyat yang muncul setelah kudeta 2021.

Beijing, sebagai sekutu utama junta dan pemasok senjata, juga memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok etnis bersenjata di Myanmar yang menguasai wilayah di dekat perbatasan dengan China.

Beijing menyatakan mereka "memperhatikan dengan seksama situasi di Myanmar utara" dan mendesak agar pertempuran dihentikan.

Beijing juga meminta agar pihak-pihak terkait tidak membahayakan keamanan di wilayah perbatasan China serta proyek, perusahaan, dan warga China di Myanmar.

Li Jiawen dari MNDAA melaporkan, tiga orang terbunuh dan sepuluh lainnya terluka dalam serangan udara militer di kota Laukkai yang dikuasai MNDAA, dekat perbatasan dengan China.

Laukkai direbut oleh MNDAA pada Januari setelah sekitar 2.000 pasukan junta menyerah, yang merupakan salah satu kekalahan terbesar militer Myanmar dalam beberapa dekade.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : The Straits Times


TERBARU