Pesaing Berat Netanyahu Mundur dari Kabinet Perang Israel: Apa Pengaruhnya pada Netanyahu dan Gaza?
Kompas dunia | 13 Juni 2024, 04:30 WIBYERUSALEM, KOMPAS.TV - Pengunduran diri Benny Gantz, seorang anggota senior Kabinet Perang Israel dari kubu oposisi, merupakan bentuk ketidakpercayaan yang dramatis terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan strateginya dalam perang delapan bulan dengan Hamas.
Namun, kepergian Benny Gantz tampaknya tidak segera mengancam Netanyahu, yang masih mengendalikan koalisi mayoritas di parlemen. Untuk saat ini, pemimpin Israel itu semakin bergantung pada sekutu sayap kanan yang menentang proposal gencatan senjata yang didukung AS dan ingin melanjutkan perang.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai keputusan Gantz dan dampaknya terhadap politik Israel dan perang, menurut laporan Associated Press, Rabu (12/6/2024).
Baca Juga: AS Desak Hamas Terima Proposal Gencatan Senjata, padahal Netanyahu yang Menolak Berulang Kal
Mengapa Gantz Mundur dan Apa Rencana Perangnya?
Gantz, seorang sentris atau berhalauan tengah yang dianggap sebagai lawan politik utama Netanyahu, mengundurkan diri setelah berbulan-bulan ketegangan dalam Kabinet Perang mengenai strategi Israel di Gaza.
Pada 7 Oktober 2023, Israel menuduh Hamas membunuh sekitar 1.200 orang di seluruh Israel selatan dan membawa sekitar 250 sandera kembali ke Gaza. Sejak itu, Netanyahu berjanji mengalahkan Hamas dan membawa pulang para sandera.
Namun seiring berjalannya perang, banyak warga Israel, termasuk Gantz, semakin frustrasi dengan kurangnya kemajuan dalam upaya membawa pulang sandera dan mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Mereka mengatakan Netanyahu lebih mengutamakan kelangsungan politiknya sendiri daripada kepentingan negara, memperpanjang perang untuk menghindari pemilu baru dan persidangan korupsinya.
Gantz, yang popularitasnya meningkat sejak perang dimulai, memberikan ultimatum kepada Netanyahu bulan lalu.
Ia mengancam akan keluar dari pemerintah pada 8 Juni 2024 jika Netanyahu tidak mendukung rencana untuk mengembalikan sandera, mengakhiri kekuasaan Hamas, melucuti senjata Jalur Gaza, membentuk pemerintahan internasional untuk urusan sipil di Gaza, menormalkan hubungan dengan Arab Saudi, dan memperluas wajib militer untuk semua warga Israel.
Ketika Netanyahu tidak menyatakan dukungan untuk rencana tersebut, Gantz mengumumkan pengunduran dirinya. Ia mengatakan bahwa keputusan strategis yang menentukan di kabinet ditanggapi dengan keraguan dan penundaan karena pertimbangan politik.
Pengunduran diri Gantz dari Kabinet Perang mengembalikannya ke peran pra-perangnya sebagai pemimpin oposisi di parlemen Israel.
Baca Juga: Blinken Klaim Israel Sepakat Gencatan Senjata, Tuduh Hamas Menunda-nunda dan Tuntut Amendemen
Apa Arti Pengunduran Diri Gantz bagi Pemerintah Israel?
Langkah ini tidak segera mengancam Netanyahu, yang mengendalikan koalisi dengan 64 dari 120 kursi di parlemen.
Namun, Gantz, seorang rival lama Netanyahu, menyerukan Israel untuk mengadakan pemilu pada musim gugur dalam pidato pengunduran dirinya. Ia juga mendorong anggota ketiga Kabinet Perang, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, untuk melakukan hal yang benar dan mengundurkan diri.
Pengunduran diri Gantz menghilangkan suara moderat dari koalisi sayap kanan Israel. Partai Gantz bergabung dengan pemerintah darurat usai serangan Hamas untuk menunjukkan persatuan.
Mundurnya Gantz, mantan menteri pertahanan, mungkin akan memperkuat menteri ultranasionalis Israel yang sangat menentang semua kesepakatan gencatan senjata.
Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, dua menteri paling ekstrem dalam pemerintahan Israel yang tidak teratur, menyerukan agar warga Palestina diusir dari Gaza dan pemukiman Israel didirikan kembali di sana. Ini adalah kebijakan yang sejauh ini ditolak oleh Kabinet Perang.
Netanyahu memohon kepada Gantz pada hari Minggu untuk tidak mengundurkan diri.
“Ini adalah saat untuk persatuan, bukan untuk perpecahan,” kata dia dalam sebuah unggahan di X.
Baca Juga: Gantz Mundur dari Kabinet Perang, Menteri Ekstremis Israel: Ini Peluang Besar Menang Total di Gaza
Apa Arti Pengunduran Diri Gantz bagi Serangan Israel di Gaza?
Amerika Serikat (AS) mempublikasikan proposal gencatan senjata pada awal Juni yang menurut Biden didukung oleh Israel. Namun dengan pengunduran diri Gantz, Netanyahu mungkin sekarang tergoda untuk mengabaikan proposal tersebut agar ia dapat mempertahankan pemerintahannya dan tetap berkuasa.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyerukan kepada Hamas pada Selasa (11/6) lalu untuk menerima proposal tersebut, mengatakan bahwa pemungutan suara Dewan Keamanan PBB sudah terang benderang bahwa dunia mendukung rencana tersebut.
Baca Juga: Netanyahu Nyatakan Siap Gempur Lebanon, HRW Tuding Israel Gunakan Bom Fosfor Putih
Proposal gencatan senjata yang didukung AS mencakup pembebasan sandera di Gaza secara bertahap dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel, peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza, penarikan pasukan Israel dari wilayah tersebut, dan upaya rekonstruksi.
Anggota sayap kanan dari koalisi Netanyahu telah mengancam akan meninggalkan pemerintah jika Israel tidak melanjutkan serangan militer di Gaza. Kepergian mereka akan memecah belah pemerintah dan menyebabkan pemilu baru di mana Netanyahu kemungkinan akan menghadapi tantangan berat dari Gantz.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press