Washington Disebut Bakal Berunding Langsung dengan Hamas untuk Bebaskan Sandera Warga AS
Kompas dunia | 11 Juni 2024, 07:00 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Pejabat Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan untuk berunding langsung secara sepihak dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, untuk membebaskan lima sandera warganya yang ditahan di Gaza, jika pembicaraan gencatan senjata dengan Israel gagal.
Pembicaraan ini, jika dimulai, tidak akan melibatkan Israel dan akan dilakukan melalui perantara Qatar.
Laporan NBC News pada Senin (10/6/2024) kemarin yang mengutip sejumlah pejabat dan mantan pejabat AS, diketahui bahwa tidak jelas apa yang mungkin ditawarkan Amerika Serikat kepada Hamas sebagai gantinya.
Pejabat Gedung Putih pun menolak berkomentar kemungkinan adanya negosiasi langsung AS dengan Hamas.
Pemerintahan Biden mengatakan, Hamas diyakini menahan lima sandera warganya yang diculik selama serangan teroris pada 7 Oktober 2023 di Israel. Pejabat AS juga berharap untuk memulangkan jenazah tiga warga negara AS tambahan yang diyakini tewas, yang kemudian membawa jasad mereka ke Gaza.
Salah satu mantan pejabat mengatakan diskusi internal juga terjadi dalam konteks apakah kemungkinan kesepakatan sepihak AS dan Hamas mungkin akan menekan Netanyahu untuk menyetujui versi dari proposal gencatan senjata saat ini.
"Cara terbaik, cara paling efektif untuk membawa semua orang pulang, termasuk sandera Amerika, adalah melalui proposal ini, melalui kesepakatan gencatan senjata yang ada di meja sekarang," jawab Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, ketika ditanya tentang laporan tersebut saat meninggalkan Kairo,
"Setiap pembicaraan sepihak akan dilakukan melalui negosiator Qatar dan tidak akan melibatkan Israel," kata para pejabat yang telah diberi penjelasan tentang negosiasi tersebut kepada NBC.
Baca Juga: Israel Dilaporkan Bunuh 2.000 Warga Palestina per Bulan di Gaza
Para pejabat mengatakan Hamas akan memiliki insentif untuk mencapai kesepakatan dengan Washington karena hal itu akan semakin memperburuk hubungan AS-Israel dan menambah tekanan pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang dikritik di dalam negeri karena tidak berbuat lebih banyak untuk membebaskan para sandera.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : NBC News